Sekian lama perjalanan kami, akhirnya sampai juga di rumah ini. Ah, lelah sekali rasanya badanku semua.
"Nan, nggak usah pulang nginep di sini aja ya," ucapku padanya yang ingin bersiap-siap untuk pulang.
"Nggakpapa nih, aku takut ngerepotin," ucap Nandini tak enak hati.
"Dih, kamu aya nggak kenal sama keluargaku aja. Dulu kan kamu pernah suka sama abangku," ucapku menggodanya.
Pipi Nandini memerah bak kepiting rebus.
"Aib. Eh tapi ngomong-ngomong waktu kamu nikah sama Jaka abangmu kemana?" tanya Nandini padaku.
"Masih pelatihan di luar daerah. Wajarlah dia mah orang sibuk gitu, adeknya nikah aja dia tetap.kerja," ucapku sendu.
"Nggak usah sedih gitu, namanya juga orang pelatihan ya nggak mungkin memaksakan untuk izin kan." Nandini berusaha menyemangatiku.
Padahal aku hanya pura-pura, aku tau pasti sekarang Nandini merindukan abangku. Dia kan pernah suka sama Mas Eza.