Siang ini Alin memutuskan untuk makan di sebuah cafe kecil yang dekat dengan toko buku langganan nya. Rencananya selesai makan, Alin akan langsung pergi ke toko buku tersebut untuk membeli buku rangkuman pengetahuan karena buku yang ia beli sebelumnya sudah selesai ia baca.
Setiap Minggu alin pasti pergi ke toko buku tersebut, sampai-sampai semua pegawai yang ada bekerja disana mengenal nya bahkan tak jarang mereka kewalahan melayani alin. Sebab buku yang ia baca berbau filsafat dan ilmu tetap yang dipelajari para fisikawan, matematikawan dan sebagainya. Sulit dijelaskan.
Alin membeli satu kardus buku yang didalamnya terdapat beberapa jenis buku. Ada buku yang berisi cerita narasi, biografis, historis, pengetahuan umum, novel remaja, sains, mitologi, fabel, legenda, bahkan sampai cerita mitos yang tersebar di tengah-tengah masyarakat.
Tak terasa hari mulai malam, alin bergegas pulang ke apartemen nya, setelah mengingat ia belum menyiapkan makan malam untuk dirinya dan kakaknya.
Sesampainya didepan apartemen, alin sedikit heran melihat dua mobil terparkir di garasi.
Di antara kedua mobil itu, alin tahu ada mobil kakaknya. Namun disaat alin melihat kearah mobil yang lainnya ia seperti tak asing. "Mobil siapa ini? Sepertinya aku pernah melihatnya, tapi dimana ya?" alin bertanya pada dirinya sendiri. Setelah dilihat-lihat ternyata merek mobil itu adalah Rolls-Royce Sweptail. Sial! Bukankah itu adalah salah satu mobil termahal di dunia? Bagaimana bisa sekarang mobil itu terparkir di garasi nya?
Karena penasaran, alin pun langsung masuk kedalam apartemennya dan membuka pintu secara perlahan. Betapa terkejutnya alin melihat pria yang ditemui nya beberapa hari lalu sedang duduk dengan santai nya di samping sang kakak. Pria itu tidak lain adalah Axton, pria yang dibuat bungkam oleh Alin
"Oh alin ternyata kau sudah pulang. Darimana saja kau seharian ini?" Aldo bertanya seperti itu karena dia khawatir pada adik semata wayangnya. Ia tidak ingin lagi kehilangan orang yang disayangi nya. Sudah cukup kedua orang tua mereka diambil dari kehidupannya. Jangan sampai adiknya ini ikutan pergi, jika itu terjadi mungkin Aldo akan memilih untuk bunuh diri dari lantai tertinggi di Burj Khalifa.
Sebelumnya Aldo sudah pernah mengingatkan agar alin tidak berlama-lama di luar rumah. Takutnya ada bahaya yang mengincar adik nya itu.
"Itu kak aku baru saja selesai membeli buku." Alin menunjuk dua kardus berisi buku yang ia beli tadi siang. Arles yang melihat itu geleng-geleng kepala. "Pantas saja otaknya beda dari yang lain, buku yang ia baca pun sama seperti Profesor." Ucap Arles dalam hati setelah melihat ayu mengeluarkan berbagai jenis buku yang dapat mendongkrak dunia sains.
"Bukankah dua hari yang lalu kau baru saja membeli buku sains?" Tanya Aldo sedikit bingung.
"Iya kak, tapi semuanya sudah selesai aku baca." Jawab alin membuat Arles kagum. Aku hanyalah bakteri jika dibandingkan dengan nona ini. Arles menjadi merasa bodoh karena berdiri di samping ayu.
"Wah, apa otaknya tidak meledak ya membaca begitu banyak buku." Arles mulai berpikir berapa batas daya tampung ingatan Manusia.
"Oh begitu, baiklah lain kali cepat pulang. Jangan ulangi lagi." Aldo memberi nasihat tulus dari hatinya. Ia benar-benar menjaga adiknya seperti putri.
"Baik kak."
"Oh ya lin kenalin ini CEO dari AKW company, tempat kakak sekarang bekerja." Aldo memperkenalkan Axton kepada alin. Awalnya Aldo juga bingung kenapa Axton mendadak ingin ke apartemen miliknya. Sedangkan selama ini hubungan mereka tidak terlalu dekat, hanya sebatas atasan dan bawahan.
Alin yang mendengar perkataan sang kakak, bukannya langsung berkenalan malah menatap Axton dengan sinis.
"Oh jadi anda CEO dari AKW Company ya." Kata Alin
"Ya, sekarang kau tau siapa aku." Axton membenarkan dasinya. Berlagak sok cool, tapi memang sih Axton punya damage yang tak main-main
"Setau saya seorang CEO itu harus bermoral dan berkarakter. Tapi dari apa yang saya lihat sepertinya anda tidak memiliki kedua sifat tersebut." Ucap alin menyinggung kepribadian buruk Axton. Alin mengatakan hal tersebut karena sewaktu dijalan ia melihat bekas tamparan di pipi wanita yang berdiri di samping axton. Dan jelas sekali bahwa Axtonlah yang menampar wanita itu. Jadi alin mengambil kesimpulan bahwa Axton tidak memiliki akhlak dan Budi pekerti. Tidak seharusnya seorang pria memperlakukan seorang wanita seperti itu. Sekalipun wanita salah, tapi tidak diperbolehkan melakukan hal sekejam itu Hal seperti ini tidak dibenarkan di mata Hukum. Jika ada masalah sebaiknya diselesaikan secara baik-baik.
"Apa maksudmu hah? Jangan lupa kalau aku adalah boss kakak mu." Ujar axton dengan sorot mata tajam
"Memang nya kenapa kalau anda boss kakak saya? Haruskah saya mengatakan 'Wow, Amazing'." Alin menaikkan alisnya sebelah dan menirukan seseorang yang sedang takjub.
"Kau!" Bentak Axton tidak terima
"Kenapa? Anda tidak senang? Ingat ya anda itu boss dari kakak saya bukan SAYA!" Ucap alin tidak kalah keras sambil menekankan kata 'Saya'. Ia kira aku tidak bisa berbicara dengan lantang apa? Pita suara ku masih kuat boss!
Aldo tidak tau apa yang sebenarnya terjadi antara boss dan adiknya, ia hanya terdiam dan tidak tau harus berbuat apa. "Ada apa dengan mereka? Baru saja bertemu sudah berdebat." Satu harian full, aldo diberikan bom. Mulai dari pagi sampai selesai bekerja, ia selalu dipanggil oleh Axton, membuat pekerjaan nya tak kunjung selesai. Dan sekarang Axton berkunjung ke apartemen nya.
Parahnya sang adik langsung adu mulut dengan boss nya. Seakan-akan keduanya sudah pernah bertemu dan menyimpan rasa dendam. Tak pernah terbayangkan dalam benak Aldo, jika semua ini akan terjadi dalam jangka waktu yang sangat singkat.
"Sudah Lin, berhentilah bicara. Cepat masak, kakak sudah lapar." Aldo berusaha melerai keduanya dan menyuruh alin memasak. Hanya ini yang bisa dilakukan Aldo, jika ia tidak menghentikan adiknya maka malam ini tak akan kunjung berakhir. Ia tahu betul alin sangat pandai bersilat lidah. Alin tidak akan pernah puas jika lawannya belum kalah, terlebih lagi orang itu adalah Axton, yang mulai saat ini akan menjadi musuh besar alin.
Alin segera ke dapur dan mulai memasak.
"Maafkan adik saya pak." Aldo meminta maaf pada axton karena ia juga tahu, Axton adalah orang yang keras kepala dan emosian. Dia tak pernah bisa mengontrol amarahnya. Barang-barang berharga di kantor sering rusak karena menjadi bahan pelampiasan nya.
"Bagaimana ini? Alin sudah terlanjur menyinggung Pak axton, sedangkan beliau adalah sosok yang tidak seharusnya disinggung." Aldo jadi khawatir dengan keadaan sang adik kedepannya.
'Siapapun yang menyinggung seorang dari Keluarga Walton pasti akan terkena masalah! Dan hidupnya takkan pernah tenang.' Tiba-tiba kalimat itu muncul dalam benak Aldo membuat GM itu tambah khawatir.
Selesai masak, alin langsung memanggil kakak nya untuk makan. Aldo pun turut mengajak Axton dan Arles untuk makan bersama.
"Silahkan dimakan pak, adik saya sangat pandai dalam hal masak-memasak. Saya jamin anda menyukai makanan ini." Aldo sangat yakin karena menurutnya masakan alin sebelas dua belas dengan makanan di restauran bintang lima.
"Cih aku tidak Sudi makan makanan seperti ini. Enak apa nya? Hanya sayur bayam, dicampur udang dan cumi-cumi goreng." Ucap Axton dengan nada jijik. Jadi kau mau apa Tuan muda? Mana ada orang yang memasak spaghetti bolognese malam-malam begini, apalagi perut Aldo sudah keroncongan. Tidak cukup waktu untuk memasak makanan mewah. Makan saja apa yang ada!
Alin yang tidak terima perkataan Axton sontak memukul meja makan. "Anda tidak tau bagaimana bersyukur ya."
"Bayam memiliki Kandungan vitamin dan mineral. Seperti vitamin A, C, K, B6, B9, E, asam folat, zat besi, kalsium, kalium,dan magnesium. Selain itu, bayam juga memiliki kandungan senyawa tumbuhan penting yaitu lutein. Lutein dapat membantu memperbaiki kesehatan mata. Bayam juga dapat menurunkan resiko penyakit kardiovaskular, menjaga tekanan darah, memperkuat otot, mencegah kanker, dan banyak manfaat lainnya. Jadi apa anda masih bisa mengatakan hanya bayam, hah?" Jelas alin panjang kali lebar dengan amarah menggebu-gebu. Selama ini tidak ada orang yang pernah mengkritik masakannya. Ini orang gila atau sinting sih? Dikasih makanan bergizi, malah dikatain.
"Harusnya anda bersyukur karena Tuhan masih memberi kenikmatan untuk makan-makanan bergizi agar penyakit tidak mudah menyerang tubuh dan otak miring anda." Sambung alin geram
"Jika anda tidak ingin makan, ya sudah diam saja. Tidak usah banyak omong!" Alin pergi ke dapur mengambil beberapa onigiri buatannya dan kembali ke meja makan.
"Ya Tuhan, bisakah Engkau memberi hamba keberanian dan kecerdasan seperti perempuan ini. Saya ingin cerdas tanpa belajar lagi dan ingin berani membantah perkataan Tuan muda tanpa harus ditendang dari kediaman Walton." Arles ingin meminta lebih dari apa yang ada pada nya sekarang.
"Kakak makanlah onigiri nya." Alin sengaja membuat kan onigiri khusus untuk kakak nya karena aldo sempat berkata ingin mencoba nya. Jadi alin buatkan saja. Perhatian antara dua orang bersaudara ini sangat kuat!
Axton lagi-lagi hanya bisa diam dengan jawaban yang diberikan alin. "Tenanglah Lin, kendalikan amarah mu. Sekarang kita makan saja ya, soalnya kakak sudah lapar." Aldo mencoba mencairkan suasana agar tidak ada ketegangan diantara mereka
"Apa anda tidak ikut makan Tuan?" Tanya alin pada Arles yang sejak tadi berdiri di belakang Tuan Mudanya. Alin yakin, pasti sekretaris nya ini lebih waras daripada Tuannya.
Arles yang ditanya seperti itu dengan cepat menjawab "Tentu saja saya ikut makan nona. Siapa juga yang ingin melewatkan makanan enak ini." Arles langsung duduk di samping Axton.
Mereka pun makan bersama, tapi tidak dengan Axton. Ia hanya menjadi penonton saja, padahal ia juga ingin ikutan makan. Apalagi aroma masakan alin membuat perutnya menjadi lapar. Ingin rasanya axton mengambil sesuap cumi-cumi goreng buatan alin
"Pak, cobalah sedikit masakan adik saya. Saya tidak enak hati karena membiarkan anda hanya melihat kami makan." Aldo tahu bahwa sebenarnya boss nya ini juga ingin ikutan makan , tapi karena sudah terlanjur mengejek masakan alin, membuat Axton enggan untuk makan bersama. Makanya jangan langsung asal bicara Tuan muda. Lihat, gak dapat jatah makan kan.
"Tidak perlu, tadi aku sudah makan di luar." Tolak Axton
"Kapan Tuan muda? Setahu saya anda terakhir makan saat tadi siang." Ujar Arles yang langsung mendapat tatapan maut dari Tuan muda nya "Dasar kau Arles! Apa kau ingin membuat ku malu untuk kedua kalinya?" Begitulah kira-kira isyarat tatapan mata Axton. Arles hanya tersenyum tipis.
Selesai makan, Axton dan Arles pun pamit pulang. Di perjalanan ingin pulang terjadi percakapan singkat Antara Axton dan Arles
"Tuan mengapa tadi anda tidak ikut makan? Padahal masakan nona Alin sangat lezat, sehingga membuat saya ketagihan dan ingin makan lagi." Arles sebenarnya tahu betul alasan kenapa Axton tidak ikut makan.
"Diam kau Arles. Jangan pura-pura tidak tau." Kelakuan mu yang seperti ini, ingin rasanya aku melayangkan salam lima jari.
"Maafkan saya Tuan muda."
"Memang nya seberapa enak masakan nya?" Tuan muda sudah penasaran.
"Masakan nona alin menyerupai seorang chef berkelas, sepertinya nona alin ahli dalam segala hal." Balas Arles dengan kemampuan yang dimiliki alin
"Bilang saja kau ingin makan masakan nya lagi. Iya kan?" Hahaha, anda tahu saja Tuan muda.
"Benar Tuan muda. Jika bisa lebih baik kita makan di apartemen mereka saja. Masalah bahan, kita bisa beri mereka uang sebagai gantinya." ucap Arles tak tahu malu.
"Apa urat malu mu sudah putus Arles?" Axton semakin penasaran, ia ingin sekali mencicipi masakan alin. Jarang sekali Arles memuji seseorang, kalaupun memuji hanya dengan satu kata. Tidak lebih.
~Banyak hal yang kita patut syukuri dalam hidup ini, hanya saja kita terlalu menganggap remeh hal tersebut~
Sudahkah kamu berdoa saat bangun tidur? Padahal itu adalah waktu yang paling tepat untuk bersyukur karena masih diberikan nafas kehidupan. Bukankah begitu Nona?