Sinar mentari pagi menerobos masuk dengan derasnya melalui jendela kamar bernuansa maskulin bercat dominan abu-abu.
Tampak sang pemilik kamar bergerak menuju meja kerjanya dan membuka laptop di atasnya.
Sembari sibuk menggerakkan jari mengoperasikan laptop, tak lupa Dosen tampan pemilik kamar super luas itu meneguk kopi hitam yang sudah disiapkan oleh pelayan di rumahnya. Sampai suatu ketika, kopi hitam itu tercekat di tenggorokan dan membuatnya tersedak hingga memuntahkan sebagian kopi yang belum masuk di tenggorokannya.
Reygan terkejut saat membuka email berisi data diri calon istri pilihan mamanya itu.
Seketika raut wajahnya berubah menjadi dingin dan menutup laptopnya dengan hentakan keras.
***
Pagi ini Alisa datang ke kampus pagi-pagi.
Hari ini adalah pengumuman nilai akhir semester ini, jadi ia tidak sabar untuk melihat rekap IP semester ini, dan salah satu fokusnya adalah mata kuliah dosen yang telah memutuskan secara sepihak kalau ia tidak bisa melanjutkan perkuliahan di kelasnya.
Namun, pagi ini Alisa masih optimis karena tugas yang dikerjakannya kemarin sudah sempurna menurutnya, dan ia berharap Dosen dinginnya itu akan sedikit menghargai jerih payahnya.
Alisa segera menuju bangku taman kampus yang terlihat kosong.
Didukinya bangku dan dan segera ia mengeluarkan laptopnya ke atas meja beton.
Alangkah terkejutnya Alisa mendapati huruf E yang terpampang sangat nyata di mata kuliah dosen dingin itu.
Seketika tubuh Alisa lemas dan wajahnya suram.
Entah apa yang menyebabkan dosen muda itu sangat membencinya sampai-sampai tidak memberinya kesempatan sama sekali.
Tanpa ia ketahui, ekspresimya saat ini menjadi pusat perhatian seseorang yang sendari tadi mengamatinya diam-diam di seberang taman dengan tatapan dinginnya.
"Alisaaaa!! Ternyata Lo disini. Gue cari kemana-mana juga!" Teriakan Diana membuat Kegiatan Alisa 'meratapi nasibnya' pun buyar.
"Astaga Di, kebiasaan deh teriak-teriak. Bikin jantungan tau" ucap Alisa sedikit marah.
Diana yang mendengar ucapan Alisa itupun langsung menangkap sinyal berbahaya. "Upss, gawat, sepertinya Nona Alisa sedang dalam mood yang kurang baik pagi ini. Bagaimana itu bisa terjadi Nona Alisa?" Diana menyodorkan genggaman tangannya pada Alisa seolah-olah sedang mewawancarai Alisa dengan menyodorkan sebuah mic.
Seketika Alisa langsung menepis tangan sahabatnya itu "Nyebelin banget sih lo, uda tau gue lagi badmood juga tetep aja bercanda"
"Hehe, sorry.. sorry. Abisnya serem amat tuh muka ditekuk begitu, gue kan cuma mau cairin suasana biar gak tegang-tegang amat buk." Ucapa Diana sambil nyengir. "Emang ada apa sih?"
Alisa langsung memutar laptopnya agar Diana bisa melihat apa yang ada di layar tersebut. "Whaaaaat??!! Beneran gue speachless ama itu Dosen!"
Alisa tersenyum getir menanggapi ekspresi sahabatnya yang syok parah melihat apa yang terpampang di layar.
"Lo trima gitu aja Lis? Lo udah berusaha semaksimal mungkin tau! Dan jurnal yang Lo kumpulin itu gak kaleng-kaleng! Gue harus nemuin tuh Dosen dan ceritain semua keaadan Lo." Diana tersulut amarah dan mulai berapi-api ingin membela Alisa.
Alisa langsung mencekal tangan Diana saat sahabatnya itu berdiri dari duduknya. "Stop Di, apapun itu Alesannya Gue rasa Dosen itu gak bakal ngerubah nilai gue. Entah kenapa gue ngerasa seperti Lo, kalo dia emang benci banget ama Gue, Percuma kan, kalo orang yang lo benci ngejelasin tentang kebaikannya yang seluas samudrapun, yang tampak cuma dosanya aja." Sahut Alisa.
"Tapi Lis! Ini uda keterlaluan tanpa dia tau yang sebenarnya." Ucap Diana sewot mendengar penolakan sahabatnya itu.
"Tenang aja Di, gue bakal selesein ini pakai cara Gue." Sahut Alisa yakin dengan mimik wajah yang serius.
"Apaan emang rencana Lo." Diana mulai penasaran dengan ketangguhan sahabatnya ini.
Alisa tersenyum kaku "haha gue juga gak tau harus ngapain. Dipikir nanti ajalah. Gue laper, energi gue rasanya uda abis setelah liat itu Nilai."
Diana hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya. Tidak mengerti kenapa sahabatnya ini begitu kuat menghadapi ini semua.
Sampai mereka meninggalkan bangku taman menuju ke kantin, sosok yang sendari tadi memperhatikan Alisa dari jauh langsung melangkahkan kakinya mengikuti kedua gadis cantik itu.
***
"Gue balik duluan ya Di, udah jam dua, bentar lagi gue lanjut kerja. Hari ini kebetulan gantiin kasir yang cuti. Jadi jadwal gue maju." Ucap Alisa setelah mengakhiri ceritanya pada Diana tentang kondisi Papanya sampai dengan perjodohan yang akan dilakukannya.
"Oke Lis, lo hati-hati ya. Jangan terlalu capek" ucap Diana sambil mengusap punggung temannya itu.
Sosok lelaki tinggi yang bersembunyi di balik tembok tangga itupun mengikuti Alisa dari jauh.
Matanya tak lepas mengamati gerak-gerik gadis itu.
Sampai akhirnya Alisa tiba di Restoran tempatnya bekerja, lelaki itupun tetap setia mengekor dari jauh. Diturunkannya kaca mobil yang dikendarainya. Jalanan yang tidak macet dan gadis itu membawa motornya dengan santai, sehingga mobil pria itu tetap bisa mengikuti kemana gadis itu membawa motornya.
Setelah ia melihat Alisa masuk ke restoran melalui pintu belakang, lelaki itupun menjalankan mobilnya menuju parkiran restoran. Dan dengan segera ia turun memasuki restoran tersebut.
"Selamat datang, ada yang bisa dibantu untuk makan siangnya? Promo hari ini Dine in spesial dengan tambahan pudding untuk dess…" Ucapan sopan dan ceria yang biasa dilontarkan para pramusaji makanan cepat saji itupun terpotong setelah Gadis itu mengetahui siapa yang ada di depannya.
Hari ini, teman Alisa yang biasa berjaga di kasir sedang sakit, hingga ia menggantikan sementara temannya itu di meja kasir untuk menyambut dan melayani para pelanggan dengan pesanannya. Namun, siapa sangka pelanggan yang ada di depannya ini adalah orang yang selama ini dihindarinya. Sang Dosen Muda!
Alisa langsung mengenyahkan masalah pribadinya dengan dosen ini, dan mulai melayaninya dengan senyuman manis san ramah tamah sebagai pelanggan restoran. "Selamat siang Pak, ada yang bisa saya bantu?"
"Paket 3, 1 dan tambahkan air mineral tidak dingin." Sahut lelaki itu dengan tegas.
"Baik, Paket tiganya 1 dan air mineral tidak dingin. Apa ada tambahan lagi?" Tanya Alisa dengan senyum manis di wajahnya.
Lelaki itu menggeleng dan bersiap membuka dompetnya.
"Baik, totanya 70 ribu." Ucap Alisa tetap dengan senyumnya.
Setelah menyelesaikan transaksi pembayaran, Dengan sopan Alisa meminta Dosen itu pun untukn menunggunya menyiapkan pesanan.
"Terimakasih pak, selamat menikmati makanannya." Ucap Alisa lembut pada Dosen yang tiba-tiba hari ini menjadi pelanggannya.
Lelaki tampan itupun meninggalkan meja kasir sambil membawa nampan berisi makanan menuju sebuah meja dipojok ruangan.
Alisa menatap sebentar Dosen dinginnya itu sebelum ia melanjutkan kegiatannya menyapa antrian pelanggan selanjutnya.