Chereads / Kuhidup Dengan Siapa? / Chapter 15 - Keputusan Alisa

Chapter 15 - Keputusan Alisa

"Tante…" ucap Alisa terbata.

Bu Ambar menatap Alisa dengan tatapan penuh harap.

Sebenarnya Ia bisa saja langsung melunasi hutang dan membayar biaya operasi sahabatnya itu dengan suka rela. Namun sayangnya, Ia mempunyai rencana besar untuk anak semata wayangnya. Satu-satunya pewaris tahta yang sedang terbelenggu oleh cinta buta dengan wanita yang tidak akan pernah disetujui bu Ambar untuk menjadi menantunya.

Alisa menggigit bibirnya sambil memainkan jemari tangannya. "Tante, maaf Alisa lancang bertanya. Mengala tante ingin Alisa menikah dengan putra tante? Sedangkan tante baru mengenal Alisa, dan Alisa rasa pernikahan adalah hal dilakukan sekali seumur hidup oleh pasangan yang sudah berkomitmen satu sama lain untuk saling berbagi, mencintai, menerima satu sama lain, dan terikat seumur hidup."

Bu Ambar tersenyum manis sambil membelai rambut Alisa, tak menyangka Alisa mendapat perlakuan seperti ini. Padahal sebelumnya Ia mengira bu Ambar akan menganggapnya lancang telah mengemukakan pendapatnya tentang pernikahan. "Benar Lisa, apa yang kamu katakan itu semua benar. Karena itulah tante ingin kamu yang menjadi menantu tante. Tante ingin kamu yang mendampingi anak tante, dan cuma perempuan sebaik kamu yang pantas menjadi pendampingnya."

Alisa syok mendengar pernyataan Bu Ambar.

Dia tidak sebaik yang dipikir bu Ambar hanya karena membantunya sekali di minimart. "Sekali lagi Maafkan Alisa tante. Tapi apakah itu tidak terlalu egois? Alisa belum mengenal putra tante, walau Alisa tahu pasti dia pria yang baik. Begitupun putra tante, belum mengenal Alisa. Dan apakah putra tante bisa menerima keputusan ini jika Alisa mau?"

Tatapan teduh Bu Ambar kembali menyerang Alisa, ia tak menyangka gadis di depannya ini memiliki pemikiran yang sangat kritis tentang pernikahan. Bi ambar tersenyum menahan tawa sebelum menjawab Alisa

"Tante tidak langsung menikahkan kalian Alisa, tante akan mengenalkan kalian terlebih dulu tentunya. Dan tante yakin, anak tante akan setuju dengan hal ini." Bu Ambar kembali tersenyum sambil menatap teduh Alisa. "Bagaimana denganmu? Apa kamu sudah mempunyai kekasih?"

Deg, dada Alisa berdegup kencang. Dia sudah memiliki Dimas, lelaki yang sangat dicintai dan sangat mencintainya pula. Tapi apakah ia harus jujur pada bu Ambar? Sedangkan dia sangat mengharapkan bantuan dari Bu Ambar. Lalu bagaimana perasaan Dimas jika ia menerima tawaran bu Ambar untuk menikah dengan anaknya?

"Alisa, kalau begitu, tante akan mempertemukan kalian terlebih dahulu. Bagaimana jika akhir pekan ini?" Ucap bu Ambar sambil menggenggam tangan Alisa. "Semua keputusan tetap ada padamu, tante akan menerima apapun keputusanmu. Dan tentu saja jika kamu menolak syarat dari tante, tante tidak bisa membantu krisis keluargamu."

***

"Alisaaaaaaaaa." Teriakan seorang gadis yang begitu memekakkan telinga mengagetkan Alisa yang sedang memarkir motornya.

Diana, sumber suara itu melampaikan tangan dan mendekati Alisa yang sedang memegang dadanya karena kaget.

"Lo kemana aja sih akhir-akhir ini jarang nongol?" Diana menatap sahabatnya yang terlihat lebih kurus ini.

"Gue lagi banyak urusan Di, begitu kelar kelas langsung cabut." Ucapnya meringis.

"Lo tau gak sih gue kesepian? Ucap Diana sambil memanyunkan bibirnya. "Kita ke kantin yuk, gue laper."

Alisa menganggukkan kepalanya tanda setuju. "Tapi gue mau kumpulin tugas dulu yah." Hari ini mereka memang tidak ada kuliah karena hanya mengumpulkan tugas. Mereka langsung berjalan menuju ruang dosen. Sesampainya di sana, ditatapnya lekat pintu yang bertuliskan Reygan Adijaya, dan tanpa basa-basi Alisa langsung mengetuk pintu dan membukanya. Yah walaupun dia sudah diblacklist secara terang-terangan oleh dosen itupun, dia masih ingin membuktikan kesungguhannya dengan mengumpulkan tugasnya.

Ruangan dosen itu sepi tidak berpenghuni, hanya ada tumpukan tugas para mahasiswa di mejanya.

Tanpa berlama-lama, Alisa langsung menyelipkan tugasnya diantara tumpukan itu dan segera keluar menghampiri Diana.

Sepanjang perjalanan menuju kantin, Diana tak henti-hentinya bercerita tentang keaadaannya di kampus tanpa Alisa, tentang gosip yang menyerang sahabatnya dan hanya ditanggapi candaan oleh Alisa sampai mereka akhirnya sampi di kantin dan menuju booth makanan untuk memesan yang diinginkan masing-masing.

"Gilak, lo laper apa doyan?" Ucap Diana kaget saat makanan Alisa datang. Lontong sate plus soto ayam.

Alisa yang melihat ekspresi sahabatnya pun nyengir kuda. "Gue laper. Beberapa hari ini banyak banget yang gue pikirin. Makanya gue butuh banyak makan biar bisa mikir." Ucapnya santai.

Diana yang mendengarpun hanya menggelengkan kepalanya sambil mulai menyantap makanannya yang sudah datang. Dia sangat tahu, pelarian Alisa adalah makanan untuk mengembalikan lagi moodnya.

"Di, pernah gak sih lo berfikir bakal dijodohin?" Diana langsung tersedak mendengar pertanyaan dari Alisa.

"Kenapa lo tanya perjodohan tiba-tiba? Gue? Gak kepikiran sih gue bakal dijodohin. Lo tau ortu gue membebaskan gue dalam nentuin pilihan dalan hal apapun. Selama itu gak merugikan siapa-siapa." Jawab Diana.

"Kalo misalnya, Suatu hari Lo disuruh nikah ama orang yang baru Lo kenal, dan tau kalo dia dan keluarganya baik, Lo bakal nerima gak? Lagi-lagi Diana tersentak mendengar pertanyaan Alisa.

"What's wrong Lis? Kenapa lo tiba-tiba bahas masalah ini? Jawab Diana, dan sedetik kemuadian ia langsung melebarkan mata dan menutup mulutnya denga kedua tangan. "Jangan bilang Lo mau dijodohin?"

Alisa menghembuskan nafasnya pelan. Dan dia mulai menceritakan rencana Ibu Ambar yang meminta Alisa untuk menjadi istri anak semata wayangnya.

Diana terkejut dan tak henti-hentinya dia membelalakkan mata dan mengulangi pertanyaan serupa "Serius Lo Lis?"

"Terus, apa keputusan Lo?" Tanya Diana yang masih tidak percaya dengan semua yang dialami oleh sahabatnya itu.

"Gue bilang ke Tante Ambar kalo ingin mengenal anaknya terlebih dahulu. Dan Tante Ambar menyerahkan semua keputusan di tangan Gue." Alisa menjawab sambil melanjutkan suapan sendoknya.

"Aneh gak sih? Dia kan sohib bokap Lo dan punya hutang budi, kenapa gak langsung aja gitu kalo mau bantu ya bantu." Ucap Diana sebal. "Atau jangan-jangan ada yang salah sama anaknya Lis? Dia punya kepribadian ganda mungkin? Atau Menyimpang?" Ucap Diana sambil membubuhkan tanda kutip dengan tangannya saat mengucapkan kata menyimpang.

Seketika Alisa kaget dan hampir menyemburkan kuah Sotonya. "Gila Lo, Gue gak tau alasan pastinya. Tapi Gue rasa bukan itu alasannya."

"Dimas gimana?" Tanya Diana.

Alisa mengatupkan bibirnya. "Gue, rasanya gak punya pilihan lain untuk saat ini Di." Ucapnya lemas.

Diana menatap Alisa dengan mata berkaca-kaca."Lis, coba Lo pikirin baik-baik keputusan Lo ini. Gue gak mau lo berkorban sejauh itu. Mengorbankan masa depan Lo, mengorbankan perasaan Lo. Dan maaf Gue belom bisa bantu untuk melunasi semua hutang keluarga Lo, karna saat ini juga perusahaan bokap Gue sedang mengalami Krisis."

"Thanks Di sarannya. Gue akan coba pikirkan lagi jalan keluar lain. Tapi, jika ini pilihan terakhir. Mau gak mau harus gue hadapin." Ucap Alisa tenang.