"Aw!" Pekik Alisa pelan saat David mengobati luka goresan di pergelangan tangannya.
"Maaf, aku akan melakukannya pelan-pelan" ucap David.
"Tidak apa-apa kak, aku bisa melakukannya sendiri." Jawabnya Alisa sambil menahan sakit.
"Ssst… sebaiknya kamu diam dan menurut, kalau tidak akan bertambah sakit. Kamu tau kan aku baru pertama ini membersihkan luka seseorang." Canda David sambil mengerlingkan matanya pada Alisa.
Alisa terkikik mendengar candaan David dan tanpa sengaja dia membungkukkan badannya yang sedang duduk di sofa untuk menahan perutnya karna tertawa. Tentu saja hal itu membuat wajah Alisa makin tak berjarak dengan wajah David yang posisinya sedang berlutut di depannya.
Seperti terhipnotis, David yang sangat dekat dengan wajah Alisa dengan sangat jelas melihat detail mata, hidung yang sangat indah menurutnya, dipandanginya lekat setiap detail wajah sang gadis di depannya, lalu tatapannya fokus pada bibir mungil berwarna pink yang polos tidak mengenakan lipstik ataupun lipgloss. Tatapan David tidak lepas dari bibir Alisa, dan entah apa yang merasukinya, bibirnya mulai mendekati bibir mungil Alisa.
Drrrrrtt.. drrrtttt.. ponsel Alisa bergetar memecah suasana. Dan Tersadar akan apa yg akan terjadi, Alisa memundurkan tubuhnya dan mengambil poselnya yang ada di dalam tas.
Wajahnya seketika menyunggingkan senyum yang sangat manis saat melihat sang pemanggil di layar ponselnya. David yang masih duduk berlutut di depan Alisapun dengan jelas melihat nama 'Dimas' dengan emot hati di layar ponsel gadis itu, yang seketika membuat raut wajahnya berubah.
"Angkat saja dulu." David bangun dari posisinya lalu menuju kursi kebesarannya di seberang sofa untuk memberikan waktu dan ruang untuk Alisa menerima panggilan.
Alisa menangguk dengan senyum ceria yang masih melekat indah di bibirnya. Kemudian ia mulai memutar sedikit tubuhnya membelakangi David.
"Halo." Ucap Alisa pelan setelah menempelkan ponsel di telinganya.
"Alisa sayang, aku kangen kamu." sang penelpon yang bernama Dimas yang tidak lain dan tidak bukan adalah kekasih Alisa tanpa basa-basi mengutarakan perasaannya. "Maafkan aku baru sempat menghubungi. Beberapa hari ini jadwal latihan padat sekali hingga aku langsung tertidur kalo sudah bertemu dengan kasur."
Senyum Alisa makin merekah. "Aku juga kangen banget sama kamu. Kapan rencana kembali ke Jakarta? Udah dua bulan ini kamu tidak pulang."
"Bulan depan aku akan menemuimu, tunggu aku ya. Sedang apa? Dimana kamu sekarang? Sama siapa? Udah makan belum?" Dimas memberondong Alisa dengan pertanyaan.
"Wait, satu-satu donk kalo tanya, jangan rombongan gitu." Ucap Alisa sambil menahan kikikannya. "Sekarang aku di tempat kak David, udah jelas kan ama siapa. Bentar lagi mau ke rumah sakit, dan tadi udah makan." Jawab Alisa lembut
"Oh baiklah, jangan lama-lama berduaan aja ama kak David, tau kan kalo cewek cowok berduaan, berarti nanti yang ketiganya ada syaitan" ucap Dimas
"Hahah ada aja kamu. Gak lah, kak David uda anggep aku adiknya. Kamu gak perlu kuatir dan cemburu ama dia." Ucap Alisa sedikit berbisik sambil memperhatikan David yang ternyata sedang sibuk dengan Laptopnya. "Kalau gitu aku tutup dulu ya, kamu istirahat dulu saja, besok jika ada waktu jangan lupa hubungi aku lagi." Ucap Alisa.
"Ok, kebetulan aku udah ngantuk, kalo gitu hati-hati di jalan. Mending kamu minta tolong kak David untuk mengantarmu daripada jalan sendirian malam-malam." Ucap Dimas disebrang.
Alisa menutup mulut menahan tawanya setelah mendengar penuturan dari Dimas. "Gimana sih, tadi katanya gak boleh lama-lama berduaan, sekarang malah suruh anterin." Ucapnya
"Hehe, aku percaya kamu gak bakal macem-macem ama kak David." Ucap Dimas sambil terkekeh.
"Yaudah, selamat beristirahat. Aku tutup yah." Ucap Alisa.
Setelah mengakhiri panggilannya, Alisa menghampiri David sambil menyerahkan bungkusan yang dibawanya seperti biasa.
"Kak, aku pamit ke rumah sakit dulu ya, terimakasih atas bantuan kak David hari ini. Aku gak tau lagi gimana jadinya kalau kakak tidak datang."
"Aku antar ya, sekarang sudah dini hari, dan aku tidak menerima penolakan." Ucap David tegas sambil berlaku melewati Alisa untuk menuju pintu.
David membuka pintu dan melihat Alisa yang masih berdiri ditempatnya. Tatapan tajam David menyadarkan Alisa yang masih tertegun dengan perubahan ekspresi David malam ini. Tanpa membuang waktu lagi ia segera berlari kecil menghampiri orang yang sudah menunggunya dengan diam di pintu ruangan
***
Dari dalam mobil Sport kuning milik David hanya terdengar deru mesin mobil yang meraung. Tidak ada satupun dari mereka yang membuka percakapan.
Alisa tidak berani mengelurkan suaran melihat David yang sendari tadi diam sambil serius menatap jalanan, sampai tak terasa mereka sudah ada di depan lobbi rumah sakit.
"Masuklah dulu, aku akan menunggu di sini." Ucap David membukakan kunci untuk Alisa.
"Trimakasih kak, maafkan aku selalu merepotkanmu." Alisa menatap David yang masih saja memandang ke arah depan seolah-olah ada pemandangan yang menarik di sana.
Sambil tersenyum singkat, David menolehkan kepalanya "Masuklah, ini sudah malam. Jangan lupa untuk menghubungiku kalau orang-orang di diskotek tadi masih menggangumu, okey."
Alisa mengangguk sambil menyunggingkan senyum merekahnya. "Siap kak. Kak David emang kakakku satu-satunya yang paling baik." Ucapnya sambil membuka pintu. "Aku masuk dulu ya."
David mengangguk. "Salam untuk Om Yohan. Semoga beliau lekas membaik." Ucap David.
David menghela nafas dalam dan menutup mukanya dengan kedua telapak tangan setelah Alisa memasuki lobby rumah sakit. Hatinya bagai tercabik-cabik saat ini. Panggilan yang masuk ke ponsel Alisa menyadarkannya jika gadis itu sudah memiliki kekasih. Dimas, lelaki beruntung yang sangat dicintai oleh Alisa, membuat David iri dan cemburu. Kalau ada yang bilang wanita yang baik akan mendaptkan lelaki yang baik pula, itulah yang berlaku pada Alisa dan Dimas.
Dia mengenal Dimas sebagai lelaki baik, setia, sangat mencintai Alisa dengan cita-cita tinggi dibalut dengan ketampanan dan kesederhanaannya. Benar-benar tipe idaman seorang Alisa. Hal itulah yang membuat David cemburu, karena dia bukan orang seperti Dimas yang pantas untuk dicintai oleh Alisa.
Sifat dan pembawaan David bertolak belakang dengan Dimas. Itulah salah satu alasan David tidak berani mengutarakan perasaannya pada Alisa karena sifat dan kehidupannya tidak pernah jauh dari gemerlap malam dan dikelilingi oleh banyak wanita sebagai pelampiasan karena ia tak bisa memiliki Alisa.
Dan David juga tau, sampai kapanpun Alisa tidak akan pernah menggapnya lebih dari seorang kakak.