"Nad, kamu udah denger kabar?". Rania yang menghampiri tiba tiba mengagetkan Nadiya.
Tak seperti biasanya, Rania Saskia sahabat Nadiya sekaligus sepupu dari teman dekatnya yaitu Rasya membuat jantung Nadiya mau copot.
"Aduh, kamu itu kenapa? ngagetin aku aja". Tegur Nadiya padanya sambil menepuk punggung gadis muda berusia 23 tahun itu.
"A..anu nad..". Tiba tiba Rania gagap dan tak bisa berkata kata.
Entah apa yang telah terjadi pada Rania saat ini.
Tak seperti biasanya, bak sehabis melihat hantu, lidahnya menjadi kelu dan susah untuk berbicara.
Nadiya yang sedang duduk bersama dengan kakak sepupunha di sebuah restoran pun menyuruh Rania untuk duduk terlebih dahulu agar ia menjadi tenang.
"Ambil napas..huuu keluarkan haaa..". Kata kak Maryam sambil memperagakan cara bernafas yang benar pada Rania.
"Ini kamu minum dulu".Tuturku pada Rania serta menyodorkan jus stroberi dengan beberapa buah es batu yang dingin, cocok sekali untuk diminum di tengah cuaca kota Surabaya yang panas sekarang.
"Rasya..nad". Ucap Rania pada Nadiya.
"Rasya mau menikah dengan Meyra anak pak Arya tetangganya". Rania mengatakan sambil menatap diriku yang terkejut mendengar berita itu.
Nadiya tak mengerti apa yang Rania baru saja katakan.
Gadis berparas rupawan, berkulit kuning Langsat itu mengira ia ingin bercanda dengannya sehingga ia menyampaikan berita bohong tentang Rasya padanya.
Rasya Wijayanto, pemuda yang lebih tua satu tahun dari Nadiya telah dekat dengan gadis bermata indah sejak 2 tahun yang lalu
Mereka tidak pacaran, tapi mereka saling mendukung satu sama lain dan mereka juga sudah berkomitmen untuk menikah suatu saat nanti
Nadiya dan Rasya memang saling mencintai, akan tetapi mereka tak ingin berpacaran seperti anak ABG yang sedang jatuh cinta.
Mereka memilih berkomitmen dan berjanji akan menikah jika Rasya telah lulus kuliah.
Ya, tahun ini memang tahun terakhirnya untuk lulus.
Nadiya sudah beberapa kali berbicara pada Rasya agar berbicara kepada orang tua mereka berdua tentang rencana pernikahannya dan Rasya.
Namun, ia selalu berkata, jika ia belum siap untuk berbicara pada kedua orang tuanya.
Dia juga berasalan jika Nadiya dan dirinya masih terlalu muda untuk melanjutkan ke jenjang pernikahan.
Namun, bukankah jika lebih cepat lebih baik pikirku.
Alasannya karena Nadiya tak ingin kehilangan dirinya.
Dan hari ini tiba tiba Rania, sepupu Rasya mengabarkan jika minggu depan Rasya akan menikahi Meyra, anak tetangga depan rumahnya.
Bak tidur dan sedang bermimpi, sungguh Nadiya belum percaya dengan semua yang dikatakan oleh Rania.
Tetapi hal itu nyata, Rania tak berbohong atau sedang bercanda pada Nadiya.
Ia mengatakan sejujurnya.
Bak mendapatkan mimpi buruk, ia terus mempertanyakan hal ini pada Rania.
Sementara kak Yam, panggilan akrab pada kak Maryam hanya mengelus-elus pundak Nadiya dan mengingatkannya jika semua ini adalah takdir yang telah di tulis sebelum kita lahir.
"Kamu lagi becanda kan, Ran?". Ujar Nadiy pada Rania.
"Aku nggak becanda, Nad, kemaren ibuku bilang sendiri ke aku" . Jawab Rania meyakinkan diri sahabatnya itu.
"Tapi, kamu ga usah khawatir, karena sebelum janur kuning melengkung, Rasya masih bisa kamu tikung". Rania memberi semangat pada Nadiya sembari meyakinkan.
Kak Yam yang duduk di sampingku hanya menggelengkan kepala ketika mendengar celetukan dari Rania.
Sedangkan Nafiya yang masih kaget mendengar berita dari Rania, ia hanya bisa menghela nafas panjang dan menenangkan diri.
Nadiya sangat terluka, hatinya seperti sebuah gelas yang terbanting dan pecah berkeping-keping.
Selama ini, penantiannya untuk menunggu Rasya berakhir sia-sia.
Padahal mereka sudah merencanakan semuanya satu tahun lalu.
Nadiya berkata padanya jika ia juga akan bekerja keras untuk mengumpulkan pundi pundi rupiah agar dapat membantu keuangan Rasya ketika akan menikah dengannya.
Namun, hal itu sudah tak ada gunanya lagi, impian telah menjadi angan angan yang tak pernah menjadi kenyataan.
Tanpa ia sadari, tetesan air mata mengalir dari mata cantik berwarna coklat itu.
Hidupnya kini telah hilang.
Ia bagaikan badan dengan setengah nyawa.
Hal yang ia harapkan serta ia impikan beberapa waktu lalu telah sirna.
Tiada kesempatan lagi, ketika Rania berkata masih ada kesempatan untuknya sebelum janur kuning melengkungkan di depan rumah Rasya, tetapi Nadiya sadar ia tak mungkin merusak atau bahkan merebut Rasya dari Meyra.
Biarlah dia sendiri yang merasakan sakit dan pedih ini, memang ia tak pernah beruntung dalam hal percintaan.
Semuanya selalu kandas, hal itu membuat dia trauma dan tak ingin jatuh cinta lagi.
"Nad, kamu ga apa-apa?". Kak Yam yang memperhatikan tetesan air mata Nadiya beberapa saat ingin memastikan keadaannya.
"Ga apa-apa kok kak Yam". Jawabku Nadiya singkat.
"Jangan khawatir Nad, aku akan bantuin kami buat batalin pernikahan Rasya dan Meyra". Sahut Rania yang memeluk gadis cantik itu erat dan berusaha untuk menenangkan serta memahami kesedihan Nadiya.
"Tak perlu melakukan hal itu, Rasya akan aku ikhlaskan bersama Meyra". Jawab Nadiya sembari mengusap air matanya dengan jari jari indahnya.
"Aku akan berusaha mengikhlaskan Rasya agar ia bahagia, walaupun hal itu sulit bagiku tetapi, aku akan berusaha sekuat tenagaku". Kata Nadiya dengan suara lirih menahan air mata yang tak terbendung.
Petaka paling besar adalah melihat orang yang kita cintai segenap jiwa bersama orang lain.
Dan hal yang paling menyedihkan adalah melihat mereka bahagia walaupun tanpa adanya diri kita bersamanya.
Hal yang sangat sulit namun, bukankah mencintai tak harus memiliki? ah, itu mungkin perkataan paling munafik yang terucap dari para pecinta.
Namun, kenyataanya adalah kita tak bisa melakukan apa-apa.
Bukankah kita akan bahagia ketika melihat orang yang kita cintai serta kita kasihi bahagia?.
Harusnya memang seperti itu, namun, ternyata dalam kehidupan ini hal itu mustahil jika kita bahagia melihat orang yang kita cintai bahagia bersama orang lain.
Aku telah ikhlas, ujar Nadiya pada teman serta sahabatnya.
Namun, siapa yang mengetahui hati manusia yang sebenarnya.
Ikhlas memang mudah untuk di ucapakan di mulut, namun, sangat sulit untuk dilakukan.
"Kamu tau Nad?". Tanya kak Yam pada Nadiya.
"Ketika seorang hamba menerima semua ketetapan dari Allah dengan ikhlas serta berbaik sangka kepada Allah atas ketetapan yang mereka terima, maka Allah akan membalas mereka dengan beribu ribu kebahagiaan yang tak terduga, bahkan kebahagian yang melebihi yang hambaNya inginkan". Tutur kak Yam padaku.
"Kak Yam berharap Nadiya sabar dengan semua cobaan dan ketetapan dari Allah ini, jika Rasya tidak berjodoh dengan Nadiya, maka Allah sudah menyiapkan seorang pria yang jauh lebih baik dari Rasya untuk Nadiya". Tambah Kak Yam menasehatiku.
"Cinta hanya membuat hatiku pecah berkeping keping, hatiku telah rusak, hatiku telah terberai berantakan, aku sudah lelah dengan semua ini, aku sudah tidak mempunyai hati lagi, yang tersisa hanyalah duka nestapa serta pilu yang hanya aku saja yang merasakan". Nadiya berkata dengan suara memelas yang membuat siapa saja yang mendengarnya merasa kasihan dengan gadis itu.
"Tenanglah hati
Segala sesuatu telah tertulis di Lauhul Mahfudz.
Tak perlu khawatir dengan kehidupan fana ini.
Allah telah mengatur jalan hidup seluruh makhluk.
Indah nan rapi.
Jika hari ini kau sedang sedih, wahai hati.
Yakinlah suatu saat nanti akan ada kebahagian untukmu.
Jika hari ini keadaanmu sedang sulit.
Tenanglah!.
Karena suatu saat semua akan menjadi mudah.
Karena Allah telah berjanji.
Bersama kesulitan pasti ada kemudahan.
Percayalah kepada Allah.
Karena Allah tak kan pernah mengingkari janji".