Dewi kusumawati namanya. Anak pertama dari pak Rahmad dan ibu lestari. Dewi lulusan SMK perhotelan di kota tempanya tinggal. Awal masuk SMK itu, Dewi tidak mendapat setuju dari orang tuanya. Orang tua Dewi, pak Rahmad ingin anaknya sekolah di Sekolah Menengah Atas (SMA) saja. Agar kelak ia bisa masuk di peguruan tinggi manapun. Jurusan IPA di sekolah SMA sedari dulu terkenal dengan kumpulan anak-anak pintar.
Dewi tidak menuruti kemauan orang tuanya. Ia mengikuti keinginannya dan pendapat temannya yang sudah sekolah disekolah pilihan Dewi. Bayang-bayang bekerja di hotel sangat enak di benak Dewi, hal tersebut mendorong kuat tekat Dewi masuk ke SMK perhotelan meskipun orang tuanya sudah mengarahkan di sekolah lain.
Namun apa daya, orang tua hanya ingin anaknya bahagia meskipun arahan dari mereka hanya masuk melalui telinga kanan keluar dari telinga kiri saja.
Setelah lulus dari SMK perhotelan, dewi melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi pada Sekolah perhotelan dan pariwisata setingkat dengam.universitas di kotanya. Semenjak Dewi tidak bisa diarahkan pendidikannya oleh orang tuanya, dewi mengurus segala sesuatunya dengan sendiri.
Dewi mandiri sejak ia lulus SMK. Dia harus bekerja keras untuk membiayai kuliahnya. Saat itu Dewi bekerja di rumah makan yang cukup terkenal di koya Malang, sebagai koki. Dewi belajar memasak bersama temannya yang sedari awal bekerja dirumah makan itu. Atas kerja kerasnya, ia mampu menjadi koki di rumah makan tersebut.
Berbeda dengan adiknya Ardo. Ia adalah anak penurut. Segala seuatunya diarahkan oleh orang tuanya. Karena ardo anak yang cerdas, ia mampu lulus kuliah cumloud dari salah satu universitas di Jawa Timur pada usia 24 Tahun.
Di usianya 28 tahun ia mampu bekerja menjadi Manager perusahaan pabrik di kota Surabaya. Ardo sudah menikah dan dikaruniai 2 anak laki-laki.
Sedangkan Dewi diusia 32 tahun, bekerja di slaah satu hotel di Malang. Dewi sampai sekarang belum menikah. Banyak lelaki yang mendekatinya, namun selalu saja ia tolak. Sampai sang ayah menkodohkannya dengan anak rekan kerjanya, Dewipun juga tidak mau dengan alasan, ia akan menikah dengan lelaki pilihannya sendiri.
Dewi bekerja di Hotel bintang Lima di Malang sebagai supervisor. Berkat sekolah tingginya di perhotelan ia mampu memahami seluk beluk hotel dan menjadi supervisor di hotel tersebut.
***
Berkah tahun baru, pengunjung hotel meningkat 70% dari biasanya. Pengunjung kebanyakan dari luar kota malang, maupun turis mancanegara. Mereka berkunjung ke malang hanya untuk liburan dan menginap di hotel untuk tempat istirahatnya.
Malam tahun baru kali ini tidak ada kata liburan untuk Dewi. Kerja lembur sebagai teman merayakan pergantian malam tahun baru. Yang biasanya ia rayakan dengan keluarganya, kali ini ia merayakan dengan rekan kerja dan tugas kerjaannya. "Sungguh melelahkan." Keluh Dewi meregangkan badannya yang serasa seperti berlari maraton.
Kali ini Dewi harus dobel shift dikarenakan rekan kerjanya cuti melahirkan. Pagi ketemu pagi ia jalani dengan sabar karena pekerjaan ini, sudah menjadi keinginanya sedari dulu. Memantau jam hitam yang melingkar di pergelangan tangan kirinya. Jarum jam menunjukan pukul 18.00.
"Dah malam juga, pulang aja lah ! Kangen sama Ardo. Kasihan dari kemarin dia menungguku pulang." Gumam Dewi membereskan meja kerjanya.
Ia beranjak meninggalkan ruangan supervisor dengan membawa tas jinjing merah yang selalu menemaninya kemanapun ia pergi. "Selamat malam bu dewi, mau pulang ?" Tanya salah satu karyawan hotel berpapasan saat masuk ke dalam lift.
Dewi tersenyum ramah. " Iya saya sudah waktunya pulang. Kamu baru masuk shift malam ya ?"
"Iya bu."
"Semangat ya ! Pengunjung lagi banyak." Kata dewi menyemangati karyawan bagian pelayanan disampingnya.
Pintu lift terbuka, yang berarti sudah sampai di lantai yang dituju oleh Dewi. "Saya duluan ya. Bye !" Dewi melambaikan tangan kepada bawahannya.
Dewi memang supervisor yang ramah. Tidak memandang seseorang itu jabatan lebih rendah dari dirinya.
Keluarlah dewi dari lift menuju ke lobi. Terlihay diluar hotel hujan mengguyur sangay deras. Dewi menunggu taxi online nya di tempat penungguan di dekat lobi. Karena hujan begitu deras, Dewi harus menunggu taxi nya lumayan lama.
Saat menunggu taxinya datang, tiba-tiba ada seorang laki-laki bule yang berdiri disampingnya. "Hey, kamu lagi berteduh ya ?" Tanyanya polos
Dewi kaget melihat bule itu ternyata bisa bahasa indonesia juga. "Nggak, aku lagi nungguin taxi online pesananku datang !"
"Cantik-cantik kok pulang naik taxi online, gak dijemput pacaranya ya ?" Goda lelaki bule tersebut
"Apa'an sih gak penting banget pertanyaanya !" Jawab Dewi ketus.
"Perkenalkan namaku james van sander." Lelak bule itu mengacungkan tangannya untuk mengajak dewi berkenalan.
Namun Dewi tetap acuh tidak menanggapinya. Ia hanya menjawab singkat dengan menyebutkan namanya. "Dewi."
Dengan rasa sedih james menurunkan tangannya yang tidak dihiraukan oleh dewi. "Oh oke, Dewi. Senang berkenalan denganmu." Jawab bule itu
Tidak lama kemudian, mobil hitam datang dan berhenti didepan Dewi. Dibukanya sedikit kaca mobil karena hujan. '' dengan mbak dewi ?", Tanya sopir taxi online tersebut.
"Iya pak benar."
Saat Dewi ingin membuka pintu mobil, tangan kekar lelaki bule itu memegang gagang pintu mobil terlebih dahulu dan membukamannya. "Silahkan Dewi." Dewi pun tercengag dan hanya bisa tersenyum. "Em, ya terimakasih."
Pintu mobil itu segera di tari menutup oleh Dewi. "Pak jalan sesuai alamat ya "
"Baik bu."
Didalam mobil, dewi terdiam terpaku memikirkan lelaki yang menurutnya aneh itu. Fikirannya terus berputar memikirkan siapa sebenarnya laki-laki bule yang baru mengajaknya berkenalan tadi.
"Dasar laki-laki aneh ! Sok kenal, sok akrab pula. Pake bantuin buka pintu mobil segala ! Siapa sih dia ?" Gumam Dewi ngedumel dalam hati.
Tiba-tiba Dewi dikagetkan dengan ponselnya yang berdering. Terdapat telepon masuk dari Ardo sang adik.
"Ya halo do, ada apa ?"
"Mbak pulang kan hari ini ? Besok pagi ardo harus balik ke surabaya. Jadi kesempatan kita bertemu hanya malam ini mbak." Tanya Ardo yang memendam rindu pada sang kakak.
"Iya, mbak pulang kok. Ini udah otewe lagi dijalan. Kamu tunggu dirumah sama bapak ibu ya. Mbak juga udah kangen sama ical dan icat."
Ardo tertawa ringan. "ya mbak mereka memang ngangenin tingkahnya. Yaudah Ardo tnggu dirumah. Kita makan malam sama-sama ya. Bye mbak, hati-hati dijalan."
"Bye.."
Sebelum pulang kerumah,Dewi mampir membeli oleh-oleh untuk kedua ponakannya. "Pak berhenti di toko roti depan siti sebentar saja ya, saya mau beli roti." Kata Dewi menunjuk kearah dunky bakery.
Sopir taxi mengangguk mengerti arahan dari Dewi. "Baik bu."
Taxi online pun berhenti di depan toko dunky bakery. Langsung dewi keluar dari mobil, karena hujan masih saja lebat, ia meminjam payung si sopir taxi online.
Di dunky bakery, Dewi memesan roti coklat kesukaan kedua ponakannya dan pancake kesukaan ibu lestari. Tidak membutuhkan waktu lama pelayan untuk menyiapkan pesanan dewi, langsung dibayarnya sejumlah total yabg disebutkan oleh kasir.
Dewi kembali ke mobil taxinya, dan melanjutkan perjalanan menuju rumah orang tuanya.
"Pasti si tuyul ical dan ical suka dengan roti coklat ini." Gumam Dewi tersenyum bahagia bisa membelikan buah tangan untuk orang yang dia sayang.
Sampailah di rumah kedua orang tuanya. Dewi langsung membayar taxi online sejumlah yang tertera di aplikasi ia memesan.
Tok..tok..tok, "Assalamualikum."
Terdengar suara canda tawa gurau, dari dalam rumah. Ceklek !! "Waalaikumsalam." Keluarlah seorang perempuan bergamis hingga menjuntai kelantai dengan kerudung lebar senada dengan warna pastel seperti baju yang ia kenakan.
"Eh, mbak dewi." Sambut sonya istri Ardo.
"Hey son, apa kabar ?" Sambil melepas sepatu heels yang ia kenakan saat bekerja.
"Baik mbak, ayo masuk. Semuanya menunggu mbak di dalam."
Dewi tersenyum ringan. "Oke."
Diruang tengah, dimana ruang tempat keluarga pak Rahmad berkumpul. Mereka semua sedang asik bermain dengan icat dan ical. "Assalamualaikum semuanya." Sapa Dewi pada seluruh keluarga.
"Waalaikumsalam." Mereka menjawab kompak.
"Ibu..bapak." Langsung Dewi mencium punggung tangan dan cipika cipiki dengan bapak ibunya.
"Halo keponakan tante, lagi main apa ? Ini tante ada oleh-oleh buat kalian. Pasti kalian suka !"
Kardus roti didalam kantong plastik berwarna putih itu langsung di sambar oleh kedua ponakannya. "Aku mau tante,,aku mau tante." Kata mereka berebut
Dewi tersenyum bahagia, bisa bertemu dengan keluarganya dan terutama keponakannya yang super lucu ini. Kerja keras Dewi selama ini memang untuk membahagiakan mereka.
Dewi meskipun tanpa suami dan anak, hidupnya sudah merasa bahagia, dengan melihat orang tuanya sehat dan bahagia, sudah lebih dari cukup baginya.
Dewi meberikan satu box pancake kesukaan orang tuanya terutama sang ibu yang sedaru dulu selalu suka dengan pancake segala rasa ia belikan untuk orang tua. "Ibu, bapak, ini untuk kalian." Sambil membuka box kotak berbentuk persegi panjang itu.
Mata Lestari berkaca-kaca, menerima oleh-oleh dari anaknya. Ia tidak menyangka di balik sifatnya yang pembangkang, Dewi masih ingat dengan kesukaan orang tuanya. Diterimanya kotak roti pancake itu, "terimakasih ya nak." Mencium pipi dewi.
"Sama-sama bu." Dewi tersenyum bahagia melihat sang ibu senang.
Karena ini tahun baru, ia tidak ingin bersedih-sedihan, Dewi paling bisa menghidupkan suasana meriah. Belum sempat ia berganti pakaian, hanya melepas sepatu dan kaos kaki saja, Dewi mengajak kedua bocah anak Ardi bermain.
Mereka bermain berkejar-kejaran kesana kemari dari ruang tengah menuju ke taman belakang, begitu terus secara berulang. Mereka melepas rindu karena jarang sekali bertemu.
Ardo, hanya tersenyum memperhatikan tingkah kedua anaknya dengan tantenya yang membuat suasana rumah menjadi ramai seperti pasar. Ardo kagum dengan kakaknya, tidak merasa lelah meskipun setelah lembur bekerja langsung bermain dengan keponakannya.
Dewi, dibalik sifatnya yang keras kepala, tidak pernah tau isi hatinya seperti apa. Susah sekali ditebak, tidak banyak orang yang mampu memahami dirinya. Meski tiap kali ia selalu membangkang permintaan orang tuanya dan memilih jalan sendiri, ia juga punya cara membahagiakan orang-orang disekitar yang ia cintai.