Tak terasa waktu berjalan, sudah waktunya Kana masuk kuliah karena semester baru akan segera dimulai. Semua persiapan Kana sudah selesai, begitu pula dengan 3 orang yang ditugaskan Damian untuk menjaga Kana. Selama beberapa minggu terakhir Kana meminta agar mereka tinggal di mansion yang sama sehingga memudahkan Kana untuk mendekatkan diri pada mereka.
" Detta " panggil Kana pada salah satu gadis yang akan menjaganya nanti, mereka bertiga duduk dikursi belakang sedangkan Kana duduk disamping Damian yang sedang menyetir. Ia melihat 3 orang gadis itu tenang sekali, sama sekali tidak gugup padahal saat ini Kana gugup setengah mati karena akan masuk kuliah kembali. Ia mulai dari tahun kedua, semester ke 3 jika dihitung karena ia sudah sempat kuliah selama 2 semester sebelum memutuskan untuk cuti.
" Ada apa, Kana?" jawab Detta. Kana meminta agar mereka memanggilnya nama karena mereka sudah cukup dekat seagai teman.
" Kalian kok gak gugup atau grogi? " tanya Kana dengan lemas. Ia takut membuat masalah.
" Gak perlu gugup, sayang " celetuk Damian menggenggam tangan istrinya dengan sebelah tangannya.
" Gimana bisa gak gugup? Aku enggak pernah bersosialisasi dulu, teman aja gak punya. Dan sekarang aku harus-"
" Kamu tidak harus melakukan apapun. Kamu tidak harus bersosialisasi ataupun berteman, sayang " potong Damian.
" Yang harus kamu lakukan hanyalah bernafas dan hidup bahagia, masalah lain gak perlu kamu pikirkan. " sambung Damian dengan senyum menenangkan. Ditariknya tangan Kana untuk diciumi, membuat gadis itu malu dan refleks memukuli lengan suaminya.
Detta, Hilda, dan Fanny yang menyaksikan hal itu menahan tawa, mereka sudah cukup hafal kebiasaan Kana yang setiap malu didepan Damian selalu refleks memukuli lengan pria itu.
" Sudah sampai " gumam Kana ketika mobil yang Damian kendarai tiba di gerbang Universitas Nusantara, tempatnya berkuliah.
" Ingat, jangan gugup atau memaksakan diri untuk melakukan apapun, okay? Lakukan apapun yang kamu nyaman saja, kalau ada masalah jangan takut juga. Aku akan mengatasinya untukmu, sayang " pesan Damian memeluk Kana, gadis itu mengangguk dalam pelukan suaminya.
" Jika pekerjaanku belum selesai saat jam 12 maka Raven dan Tyron yang akan menjemput kalian "
Damian menyodorkan dompet wanita yang berlambang LV berisi kartu dan uang, " aku sudah memberikan uang saku pada Detta untuk membayar semua yang kalian beli, tapi ini untuk kamu berjaga-jaga jika saja sedang tidak bersama mereka "
" Okay, terima kasih sudah mengantar kami, Damian. " pamit Kana menuruni mobil bersama teman-temannya. Namun, gadis itu mencondongkan tubuhnya setengah ke dalam mobil dan mengecup pipi pria itu singkat.
" Semangat kerjanya, sayang " bisik Kana lalu menutup pintu mobil dengan terburu-buru karena malu.
Damian memegangi pipinya dengan senyum tipis, istri kecilnya mulai berubah lebih aktif ternyata.
*****
Kana berjalan di iringi tatapan para mahasiswa yang cukup ramai karena sekarang sudah pukul 08:15 dan 15 menit lagi adalah jam masuk kelas. Para Maba semester 1 tamapak berlarian mengenakan topi jerami dan dasi Pete melewati Kana, tampaknya mereka takut terlambat.
" CEPAT KE LAPANGAN! " teriak seorang wanita yang tampaknya senior di Universitas ini melihat dari gaya nya yang cukup berani berteriak mengatur mahasiswa baru.
Hilda tampak berdiri didepan untuk menjaga Kana dengan tubuh nya yang cukup kekar seperti pria, sedangkan Fanny menggandeng Kana dan Detta berjalan dibelakang mereka. Kana tampak sedikit takut melihat wanita yang berteriak tadi, ia teringat dengan Laras yang selalu meneriakinya.
" Nyonya, jangan takut " lontar Fanny mengusap bahu Kana. Mereka bertiga tau bagaimana kehidupan Kana sebelum ini.
" ITU SIPUT BEREMPAT KENAPA JALANNYA KAYA TUAN PUTRI? SINI!!! " teriak wanita yang sama sambil menggerakkan jarinya seolah memanggil kelompok Kana.
Detta menatap tajam wanita itu, sedangkan Kana merasa tangannya mendingin karena ia sedikit takut dengan teriakan wanita itu.
" Wah, hebat ya anak baru berani-beraninya melotot sama senior?" sinis wanita itu.
" Siska, pelan-pelan bicara nya " tegur seorang pria dengan almameter yang menyampir di pundaknya.
" Nih 4 Tuan putri lelet banget, Dean " ketus senior wanita yang ternyata bernama Siska itu.
Siska menatap sinis pada Kana yang terlihat paling lemah disana, " kamu yang pakai blouse warna Cream, maju kesini " tunjuknya pada Kana.
Kana maju ditemani teman-temannya, " saya bilang yang blouse Cream, bukan semuanya!" bentak Siska pada 4 gadis itu membuat Kana kaget, kenapa sih senior yang satu ini begini?
Mata sinis Siska menyoroti penampilan Kana dari atas sampai bawah,
' Nih anak kelihatannya anak orang kaya yang super manja dan gak bisa apa-apa, sedangkan teman-temannya pasti berteman sama dia cuma untuk morotin uangnya ' batin Siska. Ia yakin karena blouse polos yang Kana pakai saja dari brand Vince, seharga 4 juta rupiah. Orang gila mana yang pakai blouse senilai itu hanya untuk kuliah? Belum lagi tas berlogo LV itu membuat Siska semakin yakin, niatnya untuk memanfaatkan Kana membesar.
" Mana atribut kamu untuk ospek?" tanya Siska.
" Maaf, tapi- " perkataan Kana dipotong oleh Siska, " GAK ADA TAPI-TAPI!"
" Lancang sekali kamu membentak Kana " geram Detta. Siska menatapnya sinis, " kenapa? Memangnya dia siapa sampai saya tidak boleh membentak gadis lemah ini? Dasar lintah penghisap" cemoohnya pada Detta yang ia kira memanfaatkan Kana.
Kana yang awalnya merasa takut menjadi kesal, apa-apaan senior yang satu ini? Kenapa berbicara begitu pada Detta?
" Kami bukan Mahasiswa baru, kami masuk semester 3 " sela Kana datar. Ia geram pada Siska yang mengatai Detta, teman dekatnya.
" Gak usah bohong! Saya gak pernah lihat kalian, kurang ajar sekali ya Maba tahun ini sampai berani berbohong ke senior? " bantah Siska tidak terima.
Belum sempat Siska memojokkan Kana lebih jauh, muncul Rektor dan beberapa Dekan yang biasanya jarang terlihat. Dan kini para petinggi di Universitas itu tampak berjalan menuju mereka.
" Selamat siang, apakah benar Anda adalah Kana Grizelle?" tanya Juan, yang merupakan Rektor Universitas Nusantara.
Kana mengangguk, " selamat siang, saya Kana Grizelle " jawabnya. Ia sudah dengar dari Damian bahwa Kana akan disambut dan dipandu oleh beberapa orang.
" Selamat siang, Kana " sapa para Dekan sambil menyalami Kana dan memperkenalkan nama mereka.
" Saya Juan Tyranoah, Rektor Universitas ini " ujar Juan. Kana menunduk hormat hingga membuat pria berumur 40 an itu kaget, " tolong jangan menundukkan diri Anda seperti itu, Kana " ucap Juan sungkan.
Para maba dan anak BEM melihat hal itu dengan pandangan bertanya-tanya, siapa Kana sebenarnya sampai Rektor yang merupakan posisi tertinggi di Universitas ini saja merasa sungkan padanya?
Siska yang masih tidak sadar situasi dan merasa sikap sok senior nya keren pun berencana melaporkan Kana pada Denny, Dekan Fakultas Kedokteran yang cukup dekat dengannya.
" Pak Denny, mereka ini Maba yang tidak tau aturan. Sudah terlambat masih saja berani kurang ajar ke senior " adu nya dengan wajah sedih.
Denny meliriknya kesal, " tutup mulutmu atau kamu akan dalam masalah besar " bisiknya.
" Maba?" ulang Juan untuk memastikan, " lalu apa alasanmu menyebut mereka kurang ajar pada senior?"
" Iya, mereka membohongi saya dan mengatakan mereka bukan Maba. Bahkan teman-temannya memelototi saya tadi, Pak " adu Siska pada Juan karena dia merasa Denny sang Dekan tidak lagi berguna.
" Mereka berempat memang bukan Maba, mereka anak semester 3 " balas Juan dingin. Wajah siska merah padam menahan malu, bagaimana bisa ia dipermalukan didepan Maba seperti ini?
" Mari, Kana, Detta, Hilda, dan Fanny. Kami akan mengantar kalian berkeliling terlebih dahulu "
Siska mengepalkan tangannya kesal, memang apa hebatnya gadis bertubuh kecil dan lemah itu? Bukankah dia hanya anak orang kaya yang tidak tau apa-apa? Lihat saja, Siska tidak akan membiarkan Kana si gadis lembek itu hidup tenang di Universitas ini. Tidak tau saja dia bahwa Siska memiliki geng yang hebat dan teman-teman kaya yang kuat.