Seorang gadis cantik berlari-lari di trotoar, ia sedang terlambat menuju hotel tempatnya bekerja sebagai pelayan. Ia terlalu buru-buru sampai tidak menyadari didepannya ada batu hingga,
BRUK
"Arghhh! Sakit banget " teriaknya yang kini sudah tersungkur dan lututnya berdarah. Ia bangkit, berlari kembali mengabaikan rasa sakitnya.
Kini sudah pukul 17:45 padahal atasannya berpesan bahwa ia harus tiba sebelum 17:30. Namun, tidak ada angkot yang lewat padahal ia sudah menunggu cukup lama.
Ia tiba di Hotel Ganendra, tempatnya bekerja. Terlihat dipintu masuk aula hotel atasannya, Mbak Fitri menunggu dengan wajah masam, " KAMU TAHU INI JAM BERAPA?"desis atasannya,
" Maaf bu, tadi gak ada kendaraan sama sekali " jelasnya masih dengan nafas yang ngos-ngosan.
"Alasan! Sekarang ganti seragam kerja, acaranya akan segera dimulai. Ingat, jangan buat masalah selama bekerja atau… " tangan atasannya membuat gerakan menyayat leher. Ah, maksudnya Kana akan berada dalam masalah jika ia membuat masalah lagi.
Semuanya berjalan lancar, Kana melakukan tugasnya dengan baik sampai salah satu pria berperut buncit disana memintanya untuk menuangkan wine ke gelasnya.
Kana menuangkan wine yang bernilai lebih dari gajinya selama setengah tahun itu dengan hati-hati. Namun, tamu pria itu malah mengelus tangannya. Ia tetap berusaha tersenyum dan menggeser tubuhnya menjauh perlahan,
"Ngapain kamu mundur-mundur?" bentak pria buncit itu tiba-tiba. Semua mata mulai memperhatikan mereka, sungguh memalukan. Apalagi saat ini adalah acara ulang tahun hotel ini.
" Maaf pak, mungkin saya gak sadar " jawab Kana dengan senyum ramah dan membungkuk meminta maaf.
" Saya akan memaafkan kamu jika kamu menemani saya kembali ke kamar saya malam ini " bisik pria itu dengan wajah mesum dan tangannya merayap ke paha Kana yang memakai rok kerja, dari bawah meja. Kana terkesiap, wajahnya merah padam menahan amarah. Pria itu malah semakin kurang ajar dan meremas bokongnya.
Kana segera menjauh,
"PAK! Tolong jangan kurang ajar ya! Kenapa bapak remas bokong saya?"pekik Kana kesal, ia dilecehkan dan orang yang melihat hanya berpura-pura tidak tahu. Semakin banyak mata yang memperhatikan Kana dan pria itu.
"KURANG AJAR KAMU! Beraninya seorang pelayan berteriak pada tamu, hah?" bentak pria itu sambil berdiri. Mbak fitri menghampiri mereka dengan buru-buru, " maaf pak, ada masalah apa?" tanyanya dengan hati-hati.
" Pelayan ini dengan kurang ajarnya berani membentak saya padahal saya hanya tidak sengaja menyenggol pahanya" hina pria tersebut. Kana ingin membantah, namun Mbak Fitri mengcengkeram tangannya erat.
" Kami mohon maaf atas ketidaknyamannya pak, saya akan mendidik bawahan saya dengan lebik baik lagi " ucap Mbak Fitri membungkuk, Kana semakin tidak habis pikir. Padahal ia korban, tapi malah disalahkan.
" Suruh pelayan miskin itu yang meminta maaf pada saya dikamar nanti, baru saya akan menganggap masalah ini tidak terjadi " kata pria itu dengan lancang. Mbak Fitri membeku, tidak menyangka tamu ini berani dengan terang-terangan melecehkan Kana. Orang disekitar mereka berbisik, seolah sudah hafal dengan kebiasaan pria tua itu.
Kana tidak tahan lagi, ia menyiram wajah pria tadi dengan wine mahal yang ia pegang.
"Cukup Pak! Saya memang miskin, saya memang bekerja sebagai pelayan, saya memang bukan apa-apa dibandingkan Bapak yang kaya dan terhotmat ini, tapi bukan berarti Bapak bisa melecehkan saya seperti ini" kata Kana dengan suara kuat.
Mbak Fitri menatapnya dengan tatapan marah, " Pergi kamu dari sini, sekarang juga. Kamu dipecat, Kana " Kana tidak kaget, memang beginilah dunia. Siapapun yang lebih kaya dan berkuasa, orang itulah yang pasti dibela. Ia pergi meninggalkan aula acara itu tanpa peduli bisikan dan pandangan orang. Ia naik ke rooftop hotel di lantai 30 dan bersandar pada pembatas kaca disana, ia menghela nafas lelah.
Drrrttt drrrtttt,
Ponselnya yang ia simpan disaku rok bergetar menandakan ada panggilan masuk, ibu tirinya menelepon.
" KANA! Hari ini gajian kan? Langsung pulang kerumah, jangan singgah kemana-mana! Gajinya langsung kasih ke ibu " ucap ibu tirinya dari seberang sana. Kana berpikir, gaji apalagi? Ia kan sudah dipecat.
" Kana dipecat, Bu " cicitnya pelan.
"APA??! JANGAN BERANI-BERANINYA PULANG KALAU KAMU GAK ADA UANG MALAM INI! IBU SUDAH JANJI MAU BAYAR ARISAN BESOK PAGI! " bentak ibu tirinya dan langsung mengakhiri panggilan.
Kana terkekeh, menertawai hidupnya yang sehancur ini. Ibu kandungnya pergi berselingkuh dan meninggalkan Kana pada ayahnya yang pemabuk hingga selalu memukulinya, lalu ayahnya menikah dengan janda beranak 1 yang juga selalu menyiksanya. Dan ayahnya kini pun menghilang, keberadaannya tidak jelas. Ia tinggal dengan ibu dan adik tiri yang berumur sama, namun hanya Kana yang bekerja sementara mereka berdua menikmati uang hasil kerja Kana. Bahkan, gadis itu sampai terpaksa cuti kuliah meskipun ia baru saja masuk. Ia mengambil pekerjaan diberbagai tempat untuk memenuhi kebutuhan keluarganya dan menabung untuk kuliah kembali.
Lalu, ia berpikir kenapa ia tidak melompat saja dari rooftop ini? Tidak, gadis itu takut akan merasa sakit.
" Tuhan, bisakah aku dilenyapkan dari dunia ini?" teriaknya tiba-tiba. Pria yang berada di rooftop itu pun menampakkan diri,
" Daripada kamu lenyap dari dunia ini, mungkin akan lebih baik jika kamu menjadi istri saya?" usul pria itu tiba-tiba. Kana terkesiap kaget karena ternyata ada orang lain selain dirinya. Ditatapnya pria itu atas bawah, pria ini tampak seperti orang yang cukup kaya dengan jas yang sangat cocok untuk tubuhnya, jam tangan yang bernilai ratusan juta, dan bau parfum mahal.
" Siapa? Om ngapain disini?" tanya Kana waspada.
" Calon suamimu, bukan Om. Ayo menikah besok " ajak pria kaya tadi.
Kana menatap pria itu ragu, bisa saja penipu kan?
" uang jajan milyaran perbulan, mobil mewah baru setiap bulan, dan pilih rumah mana pun sesuka hatimu untuk menjadi milikmu. Kamu bisa meminta apapun yang kamu inginkan" ucap pria itu singkat. Kana terdiam, ia memang sedang kesusahan sekali.
" tidak percaya? Baiklah, sebagai hadiah pertemuan ambil saja ini" pria itu menggeser koper kecil didekat kakinya pada Kana. " isinya mungkin ada 500 juta " sambungnya.
Kana membuka koper itu dan kaget, ternyata uang asli dan sepertinya lebih dari 500 juta.
" Cuma jadi istri saja kan?" tanya Kana memastikan.
"Tidak, kamu akan menjadi istri kedua saya. Saya membutuhkan kamu untuk tinggal bersama, hidup bersama, saling mencintai dengan saya, dan saya hanya fokus ke kamu. Istri pertama saya hanyalah seorang pengkhianat sekaligus orang yang menikah untuk memanfaatkan saya, uang saya, dan kekuasaan saya. Jadi, kamu cukup berada disisi saya saja dan akan saya berikan apapun untukmu. Kita bisa mulai mengenal satu sama lain secara perlahan, kamu bisa meminta cerai jika ingin. "
Kana ingin menolaknya, ia kasihan pada istri pertama pria ini.
" Gak deh Om, kasihan istri Om " tolaknya.
" Kami hanya menikah didepan Kakek saya, tidak resmi di agama. Hanya resmi di pengadilan, kami tidak saling mencintai, tidak pernah tidur bersama, tidak tinggal dirumah yang sama juga, apa yang kasihan? Ia menikah dengan saya hanya untuk pamer" jelas pria itu tenang.
Kana akhirnya mengangguk tanpa berfikir lagi, ia tidak mau munafik. Ia juga butuh uang dan kehidupan baru. Gadis itu sudah cukup lelah menghadapi siksaan ibu dan adik tirinya.
"Baiklah, kamu ikut dengan saya, tinggallah dirumah saya mulai sekarang karena kita akan melaksanakan pernikahan beberapa hari lagi. " ajak pria itu menyodorkan tangan pada Kana. Gadis itu menatapnya bingung,
" Saya ingin menggandeng tanganmu, Gadis kecil " ucap pria itu dengan senyum menggoda.
Kana memberikan tangannya untuk digandeng oleh pria itu, mereka berjalan bersama. Namun, ia tiba-tiba berhenti melangkah membuat pria itu kebingungan.
"Ada apa, Kana ?" tanya pria itu heran.
" Koper uangnya ketinggalan, Om" Kana menyengir dan menyeret koper yang berisi uang itu.
" Eh, tapi nama Om siapa? Masa aku panggil Om terus? Dan tau darimana nama aku itu Kana? Lagian kenapa kaku banget sih pakai saya-saya gitu?" tanya kana beruntun.
Pria itu memperhatikan wajah Kana yang bertanya dengan penuh selidik, " Namaku Damian Alvano Ganendra, umur baru 32 tahun. Kau bisa memanggilku Damian, jadi berhenti memanggilku Om atau kau akan kuhukum. Aku tau namamu Kana dari name tag diseragammu " tunjuknya pada nama yang tersemat diseragam kerja milik Kana.
" Namaku Kana Grizelle, umur 20 tahun. Jadi, tetap aja cocok untuk manggil Om kan? Lagian Om gak bakal tega hukum anak imut kaya aku " ledek Kana sambil menarik koper dan tangan Damian dengan riang, seolah lupa bahwa mereka baru saja kenal.