Pagi itu, Arya yang sudah akan memasuki mobilnya dan segera berangkat kerja, tiba-tiba saja dia kembali lagi masuk ke dalam rumah dengan berlarian.
Arya segera menaiki anak tangga dengan begitu terburu-buru dan langsung menuju ke dalam kamarnya.
Saat sudah berada di depan pintu kamar, Arya pun langsung saja masuk ke dalam kamarnya tersebut.
Saat itu seorang gadis yang begitu cantik tengah merias dirinya di depan meja rias.
Saat melihat Arya yang masuk ke dalam kamarnya, dia pun sontak saja langsung berbalik badan dan segera menghampiri Arya.
"Ada apa? Kenapa kembali lagi? Bukankah ini sudah cukup siang? Nanti kamu bisa telat tiba di kantor," ucapnya kepada Arya.
"Aku telah melupakan sesuatu. Aku tadi sebelum pergi lupa, aku belum mengecup dirimu. Memberikan sebuah kecupan di keningmu adalah hal yang wajib aku lakukan sebelum bepergian," tutur Arya.
"Apakah itu sangat penting untuk kamu lakukan? Aku rasa itu tidak perlu," ucapnya.
"Tapi bagiku itu sangat perlu duhai gadis kecilku," celetuk Arya.
"Ish ... jangan selalu memanggil aku dengan sebutan gadis kecil. Aku memiliki nama sendiri," kesalnya yang tak terima karena terus dipanggil dengan sebutan gadis kecil oleh Arya.
"Memangnya siapa namamu, gadis kecil?" tanya Arya yang sengaja ingin menggoda gadis kecilnya itu.
"Namaku adalah, Amora. Panggil aku Amora," titah gadis tersebut yang bernama Amora yang tak lain dan tak bukan adalah istri Arya.
"Hm ... Amora ya? Tapi aku tidak mau memanggil dirimu dengan sebutan Amora. Aku lebih suka memanggilmu dengan sebutan gadis kecilku. Dan ya, kamu tidak boleh melarang aku untuk memanggil dirimu dengan sebutan itu," tegas Arya.
"Hm ... itu mah pemaksaan," ucap Amora.
"Oh tidak! Jelas bukan! Itu bukan pemaksaan, Sayang. Itu adalah hak suamimu. Suamimu ini ingin memanggil dirimu dengan sebutan gadis kecil karena itu adalah panggilan kesayangan darinya," ujar Arya.
"Hn, iya baiklah. Terserah apa kata suamiku saja," pasrah Amora.
"Nah begitu dong. Nurut sama suami. Kalau nurut kan jadi makin cantik," goda Arya. Seketika itu Arya pun juga sampai mencubit hidung Amora yang membuat Amora merasa sedikit kesal terhadapnya.
"Ish ... jangan dicubit lah. Sakit tahu," keluh Amora.
"Hehe ... tolong maafkan suamimu ini ya, gadis kecilku," ucap Arya.
"Iya aku maafkan. Ya sudahlah, mendingan juga sekarang segera pergi saja. Ini sudah siang loh. Nanti kamu telat, Mas," ucap Amora.
"Iya ini juga mau berangkat kok. Oh iya, kamu hari ini kuliah, kan?" tanya Arya.
"Iya aku kuliah kok," jawab Amora.
"Apa kamu mau diantar olehku?" tawar Arya.
'Oh tidak, jangan sampai Om Arya mengantar aku pergi ke kampus. Teman-temanku nanti akan curiga. Jangan sampai deh mereka tahu kalau Om Arya itu adalah suami aku. Aku gak bisa bayangin kalau sampai mereka tahu. Kan yang tahu kalau Om Arya suami aku itu hanya kedua sahabatku saja. Yang lainnya tidak ada yang tahu. Termasuk kekasihku'. Batin Amora.
Amora sebenarnya memang masih memiliki seorang kekasih yang sangat ia cintai, namun pada saat itu kekasihnya membuatnya terluka sampai Amora putus asa dan dia pun akhirnya mau untuk menikah dengan Arya. Alasan Amora menikah dengan Arya adalah hanya untuk menghilangkan rasa sakit hati yang dirasakannya itu karena ulah kekasihnya. Tetapi Amora tidak pernah menduga kalau kekasihnya akan meminta maaf kembali padanya dan mengajak Amora untuk menjalin kisah asmara kembali. Amora yang sudah dibutakan oleh cinta yang dimilikinya terhadap kekasihnya tersebut, akhirnya tanpa pikir panjang dia pun mau untuk balikan dengan kekasihnya tanpa memikirkan konsekuensinya.
"Eh sepertinya tidak usah deh, Mas. Ini udah siang, nanti Mas Arya semakin telat kalau harus antar aku pergi kuliah dulu. Lagian juga kan aku sebenarnya mau ke rumah ayah dulu," bohong Amora.
"Oh kamu mau ke rumah ayahmu dulu ya?" tanya Arya.
"Eum, iya, Mas," jawab Amora.
"Ya gak papa sih kalau kamu mau ke sana juga. Biar aku antar saja ya," kekeh Arya.
"Jangan, Mas. Udah sana pergi kerja. Kamu jangan sampai telat," cicit Amora.
"Kalau pun aku telat, aku rasa tidak akan jadi masalah deh. Aku kan bos di sana. Aku pemilik tempat kerjanya loh," celetuk.
"Ya aku tahu, Mas. Tapi kan meskipun begitu, kamu itu harus tetap menerapkan kedisiplinan. Bosnya aja suka telat datang ke kantor, terus bagaimana dengan bawahannya nanti? Mereka semua bisa mencontoh sifat jelekmu loh, Mas," ujar Amora.
"Iya juga sih," ucap Arya.
"Emang iya, Mas. Bukan iya juga," cicit Amora.
Sebisa mungkin Amora terus melarang Arya untuk mengantarnya pergi. Jika berada di luar rumah, Amora sangat membatasi sekali kedekatan dirinya bersama dengan Arya. Amora takut jika nanti ada yang melihat dirinya sedang berduaan dengan Arya.
"Iya deh iya. Ya udah aku pergi ya," ucap Arya.
'Yes ... akhirnya Om Arya pergi juga'. Batin Amora.
Amora sangat senang sekali karena akhirnya Arya tidak kekeh lagi ingin mengantar dirinya pergi.
Pada saat dirinya memutuskan untuk segera pergi bekerja, seketika itu juga kemudian Arya pun langsung saja mendekat kepada Amora.
Arya lantas mendekatkan bibirnya ke kening milik Amora. Amora sudah sangat tahu apa yang akan Arya lakukan.
Arya saat itu memberikan sebuah kecupan di kening Amora dengan sangat mesra dan dipenuhi dengan kasih sayang.
"Aku pergi ya. Jaga diri kamu baik-baik. Oh iya, jangan selingkuhi suamimu ini ya," celetuk Arya.
Saat Arya mengatakan hal tersebut, Amora pun seketika saja langsung merasa sangat kaget. Amora juga sangat gugup sekali karena dirinya itu takut kalau hubungannya dengan kekasihnya itu akan terungkap.
'Mengapa Om Arya harus berkata seperti itu? Aku harap dia tidak akan pernah tahu tentang hubungan yang aku jalani bersama dengan kekasihku itu'. Batin Amora.
"Eum ... I—i—iya, Mas. Jelas aku tidak mungkin selingkuh. Meski aku belum mencintaimu, tapi aku tidak akan mungkin menduakan dirimu," ucap Amora.
"Baguslah jika begitu. Aku jadi sangat lega sekaligus senang saat mendengarnya. Tetaplah jaga kesetianmu itu ya. Meskipun kamu belum mencintai aku. Aku akan selalu sabar menunggumu," ucap Arya.
Ada sedikit perasaan bersalah di dalam diri Amora karena dirinya telah mengkhianati sekaligus membohongi suaminya.
'Aku jadi merasa sangat bersalah sekali. Tapi mau bagaimana lagi? Aku tidak bisa menjauhi kekasihku itu. Aku sangat mencintai dirinya'. Batin Amora.
"Gadis kecilku, aku pergi dulu ya," ucap Arya.
"Iya, Mas. Hati-hati di jalan. Semangat kerjanya, Mas," ucap Amora.
"Iya itu pasti. Aku harus semangat kerja karena aku memiliki seorang istri yang harus aku nafkahi," ujar Arya sembari tersenyum sangat manis ke arah Amora.