Saka membaringkan Citra dengan sangat hati-hati, diusapnya lembut pipi Citra yang putih bersih tanpa noda sedikit pun. "Kenapa kamu selalu menjadikan dirimu perisai bagiku? Bahkan aku sudah terlalu jahat padamu selama ini karena dendam masa lalu. Aku tahu kamu menderita selama hidup denganku. Maafkan aku yang tidak bisa tegas pada diriku sendiri." Saka menarik nafas, dadanya terasa sesak mengingat Citra selalu berusaha melindunginya.
"Sebesar itukah rasa cintamu padaku, sehingga kamu bisa selalu memaafkan dan tidak memiliki dendam padaku. Seharusnya aku bersyukur karena Allah sudah mengirimkan wanita sebaik dan secantik kamu. Tapi dosa yang Mamamu lakukan memang tak termaafkan meski aku sadar jika kamu tidak ada hubungannya dengan kebencian yang aku punya pada Mamamu. Maafkan aku yang selalu menyakitimu." Saka mengecup kening Citra dalam, meresapi wangi di tubuh sang istri yang jarang dia sentuh.