"Citra!" Merasa dirinya dipanggil, Citra menoleh ke asal suara pun dengan Imran.
"Eh, Kak Saka," ujar Citra.
"Kamu ngapain di sini?" Tanya Saka dengan mata tajamnya.
"Aku lagi ada pekerjaan, Kak." Citra mengangkat dokumen yang baru saja dia terima dari Imran dan menunjukkannya pada Saka.
"Ini, kami tengah membicarakan tentang pekerjaan," lanjut Citra.
"Bagus ya... kamu keluar tanpa minta ijin dulu dari suami?" Kening Citra bertemu.
Bukankah selama ini Saka tidak pernah peduli padanya? Mau makan atau tidak, sehat atau sakit, keluar rumah atau tidak, Saka terkesan masa bodo dengan kehidupan Citra. Lalu sekarang, tiba-tiba dia peduli? Tidak ingatkah dia semalam meninggalkannya seperti apa? Dasar aneh.
"Maaf, Kak. Bukankah setiap hari memang seperti ini? Citra tidak pernah meminta ijin pada Kakak karena Kaka tidak pernah peduli pada Citra?" Jawab Citra yang membuat Saka merah padam semakin marah.
