Saka pulang dari rumah Reina dengan keadaan kacau, dia tidak menyangka bisa melakukan hal jauh di luar perkiraannya. Selama ini dia selalu menjaga diri untuk tidak terjerumus ke dalam hal-hal seperti itu.
Nafsu telah membutakan mata hati dan hasratnya mampu menutup akal sehat lelaki itu. "Sial, kenapa aku bisa ceroboh seperti ini? Ah... semua gara-gara Citra, sekarang aku menjadi ketergantungan seperti ini. Reina, maafkan aku. Maafkan aku karena telah menyakiti hatimu."
Saka melajukan kendaraannya menuju Apartemen. Dia ingin menuntaskan apa yang belum selesai tadi. Saka menghentikan kegiatan panas pada Reina saat nyaris penyatuan itu, tiba-tiba bayangan Citra saat menangis di bawah kungkungannya melintas begitu saja dan membuat gelora yang sudah membuncah seketika sirna.