"Jangan bicara seperti itu. Sebagai teman, sudah menjadi kewajibanku untuk menolongmu."
"Huft, benar kata kamu, Zra. Mungkin selamanya kamu hanya akan menganggapku sebagai teman tidak lebih. Bahkan sampai detik ini pun rasaku padamu tidak pernah pudar sedikit pun meski waktu memakannya secara perlahan. Semuanya masih utuh tanpa cela," gumam Laura dalam hati.
"Kalau begitu, aku pamit pulang, dulu." Ezra berdiri diikuti oleh Laura.
Wanita itu mengantar Ezra sampai ke pintu dan melambaikan tangan kala Ezra sudah berjalan menuju lift.
Setelah memastikan kepergian Ezra, Laura menutup pintu mulai membersihkan diri. Setelah hanya mengenakan handuk, dia pun bingung akan memakai baju apa. Ingin sekali menghubungi Ezra guna memita ijin memakai bajunya sementara, sayang sekali dia tidak punya nomor ponsel Ezra.