Taksa mendekat dengan senyuman di bibir. "Hei adikku yang cerewet, kenapa kamu nakal sekali mau memaafkan pria tua itu? Apa memang harus berdrama dulu seperti tadi biar kamu mau memaafkannya? Astaga, jika aku tahu semudah ini membuat kalian bersatu, sejak dulu aku buat keadaan seperti ini, saja," celetuk Taksa menghibur semua orang yang terbawa suasana.
"Apa-apaan, sih? Gak lucu tahu," sungut Citra sambil memanyunkan bibirnya.
"Saka, terima kasih atas semuanya. Tanpamu, mungkin sampai sekarang Citra tidak akan mau membuka hatinya untuk, Papa. Aku berhutang banyak padamu, aku sangat yakin jika kamu punya andil dalam merubah pemikiran Citra."
Saka tersenyum. "Itu sudah menjadi tugasku sebagai suami juga menantu yang baik. Citra memang harus memaafkan Pak Andara, karena denganku saja dia mau memberiku kesempatan kedua. Maka dari itu, Citra harus berdamai dengan masa lalu dan memaafkan Pak Andara."