"Pelan-pelan saja, Sayang. Aku tahu kamu pasti bisa, kamu bukan Citra yang pendendam, kamu hanya terlalu kecewa saja. Aku yakin lama-lama kamu bisa menerima semua yang terjadi. Aku pun tahu, jauh di lubuk hatimu yang paling dalam, kamu sangat mengharapkan kehadiran Pak Andara. Semua butuh proses, Sayang. Semoga seiring berjalannya waktu, kalian bisa berdamai dan memulai kehidupan yang lebih baik. Bukankah saat kita di Mekah, kamu sudah mau mendoakan Pak Andara dan Mama? Itu merupakan langkah awal yang sangat baik. Jangan menyerah untuk terus berusaha menghilangkan ke kejadian masa kelam."
"Apa menurutmu, aku bisa menjalani kehidupan bersama dengannya layaknya seorang anak dengan Ayahnya? Bukankah itu terasa canggung?"