Saka benar-benar merasa di cintai oleh suaminya. Hidupnya kini sempurna, bukan karena dari segi materi saja, namun banyak cinta dari orang sekitar. Cinta yang sudah sejak lama dia nanti-nanti.
"Kamu terlihat bahagia sekali, Sayang. Apa kamu senang dengan perjalanan kita kali ini?" Citra mengangguk semangat.
"Tentu saja aku bahagia, karena aku bisa pergi ke tempat yang sudah sangat lama aku dan Nenek impikan. Sayang, baru sekarang bisa terwujud dan itu pun Nenek sudah tidak ada." Mengingat Nenek Sena, Citra menunduk sedih. Andai dia sejak dulu memiliki uang cukup untuk membawa Nenek Sena pergi ke Mekah dan Madinah, pasti sudah Citra lakukan zaman Nenek Sena masih hidup.
"Tidak apa-apa, Sayang. Yang penting kita doakan Nenek agar tenang di sana," ujar Saka menenangkan istrinya.
"Iya, Kak. Kakak benar, mumpung kita ada di sini, kita doakan Nenek dan kedua orang tua kita agar tenang di sana." Saka tersenyum lalu mengangguk.