Berlian yang merasa kepala di usap, mendongak dan menatap mata Imran. Sejenak kedua pasang mata itu bertemu dan saling mengunci satu sama lain. Hingga semakin lama pandangan itu semakin mendekat dan mendekat, lalu.... Sebuah hal di luar dugaan pun terjadi.
Bibir mereka pun bersatu tanpa tahu siapa yang lebih dahulu memulainya. Sejenak antara Imran dan Berlian merasakan kenikmatan satu sama lain seakan lupa dengan hubungan yang baru saja mereka debatkan.
Berlian tersadar dari buaian ciuman Imran ketika tangan Imran memegang punggungnya. Seperti tersengat listrik, Berlian melepaskan ciuman mereka. "Maaf, Bang. Saya tidak sengaja," lirih Berlian penuh sesal.
"Kenapa kamu harus minta maaf? Apa ada yang salah dengan ciuman kita tadi? Terserah kamu mau menganggap aku apa, satu hal yang perlu kamu ingat. Aku selalu serius akan ucapanku. Aku tidak pernah main-main sama hal yang keluar dari bibirku. Dan entah kenapa, aku merasa nyaman ada di dekatmu."