"Bukannya ini manis?"
Citra mendengus sebal, tidak bisakah sehari saja dia tidak menampakkan batang hidungnya di depan mata Citra? Citra benar-benar bosan melihat pahatan di wajah Saka, dia takut akan luluh karena setiap hari harus menatap wajah tengil lelaki itu meski terkadang tidak sengaja memandang.
"Jika manis, kamu simpan saja sendiri situ," ketus Citra beranjak dari sofa.
"Serius? Beneran boleh aku menyimpannya untukku?"
"Hem," singkat Citra.
"Baiklah, terima kasih banyak." Citra melengos lalu meninggalkan Saka di ruang tamu dengan senyum manisnya.
"Heran, kenapa ada banyak orang yang tidak tahu malu sepertinya? Oh, ya Allah. Kenapa Engkau aku harus dikelilingi oleh orang-orang semacam itu," gerutu Citra yang masih di dengar oleh Saka.
Saka hanya tersenyum melihatnya lalu memandang foto yang sudah kusut akibat remasan dari Citra. Saka mengamati betapa Citra memang sudah sangat cantik sejak lahir. Beruntung sekali lelaki yang bisa mengambil hati Citra adalah Saka.