Sofi bergeming di atas ranjang dengan segala pikiran berkecamuk mengenai suaminya. Dia belum puas akan jawaban Nanda, hatinya masih belum percaya jika jawaban yang Nanda berikan itu kebenaran. Sofi ingin lelaki yang menjadi suaminya mau bicara jujur.
Nanda masuk membawa potongan buah usai mengantar sang Dokter pulng sampai pintu depan. "Sayang, kamu harus banyak istirahat. Kamu dengarkan apa yang dikatakan oleh Dokter tadi? Jangan banyak pikiran dan rileks, percayalah, aku tidak pernah mengkhianatimu. Aku sangat mencintaimu."
Sofi masih bergeming mencoba mendengarkan kata Nanda dan percaya, akan tetapi sudut hati kecilnya yang paling dalam berkata jika Nanda tidak terbuka dengannya. Ada sesuatu yang di sembunyikan lelaki itu.
"Apa kamu mau menuruti permintaanku?" Tanya Sofi penuh harap.
"Pasti, Sayang. Apa pun permintaanmu, aku pasti akan turuti selama aku bisa."