"Terima kasih. Aku bersyukur karena hari ini akhirnya aku bisa kembali menikmati makanan dan kopi khusus yang kamu buat untuk aku. Dengan begini, aku bisa menebak jika kamu sebenarnya masih cintakan sama aku?" Tanpa tahu malu, Saka terang-terang berbicara tentang cinta yang membuat Citra ingin menghantam kepala pria itu menggunakan kursi.
Walau kesal, Citra mencoba untuk tidak terpancing dengan ucapan Saka. Memilih meninggalkan lelaki batu itu untuk mandi sebelum semua orang bangun dan berkumpul di meja makan.
Saka tetap mengamati istri cantiknya. Selama menikah dulu, Saka belum pernah melihat Citra ngambek atau marah seperti belakangan terakhir. Ternyata ngambeknya Citra terlihat sangat menggemaskan di mata Saka. "Duh, kemana saja aku selama ini. Aku benar-benar melewatkan momen terindah untuk memahami karakter istriku sendiri." Saka menepuk jidatnya sendiri.