Terlihat banyak murid tiba di sekitarku. Aku hanya melamun di depan gerbang.
"Hey, masuklah. Kau akan terlambat jika hanya melamun begitu" kata murid lain kepadaku.
"Oh, ok" kataku sambil berlari masuk.
Pemandangan disini bisa dibilang gabungan lingkungan dan fungsi praktik, tempat latihan serta praktek dan cukup nyaman di bawah teduhnya pepohonan.
Tidak lama sampailah ke gedung praktikum penerimaan murid. Aku datang lumayan akhir, ruangan luas ini sudah padat dengan ratusan murid baru. Baru saja aku ingin coba menyapa, kami ditertibkan bersamaan dengan masuknya seorang tua kekar dan seram yang ku simpulkan sebagai Kepala Akademi.
"Selamat datang para murid baru, Akulah Akademi Griffin menyambut kalian. Kalian yang telah berlatih dan memperkuat diri hanya demi melangkahkan kaki kesini, berbanggalah, kalian hadir sebagai harapan dan masa depan umat manusia. Mulai hari ini, kalian semua akan berlatih menjadi pejuang handal. Dan bersinarlah kalian yang beruntung menjadi pengguna aura! Kalianlah bintang harapan manusia pada abad ini. Untuk yang tidak, berjuanglah mati-matian, latihan keras menanti tepat di depan kalian.
Mulai dari ilmu tangan kosong, menggunakan senjata, sampai taktik dan strategi akan Akademi tanamkan ke otot dan otak kalian. Akankah kalian menjadi pejuang lembek atau pahlawan adalah hasil dari keringat dan darah kalian sendiri. Seperti senior-senior kalian, hanya akan ada segelintir yang bisa meraih tingkat tertinggi dan memimpin manusia melawan iblis. Yang akan menjadi salah satu pemimpin itu, adalah kalian! Asahlah kemampuanmu!"
Semua murid menyeringai sebelum akhirnya berteriak semangat mendengar sambutan Kepala Akademi, semangatku juga terpompa mendengar semua itu!
"Pengujian akan segera dimulai, pergilah ke lapangan sekarang!"
Ratusan pasang langkah kaki serentak pergi menuju ke sebuah lapangan dengan peralatan lengkap seperti orang-orangan, samsak, dan alat-alat latihan lain, serta bongkahan… batu?
Sekelompok instruktur datang, situasi menjadi hening.
"Aku Lito, instruktur utama kalian selama berlatih di Akademi. Setelah diuji, kalian akan dibagi menjadi 3 kelas berdasarkan 5 tahapan: perunggu, perak, emas, berlian, dan platina. Sekarang, saatnya pengujian, kalian cukup naik ke arena dan letakkan telapak tangan pada bola spiritual di depanku ini"
Pengujian dimulai, aku melihat para murid pertama diuji. Disaat bola itu disentuh, keluarlah jendela status yang menunjukkan informasi lengkap termasuk level dan atribut.
Instruktur Lito berkata pada seorang laki-laki tinggi putih dan tampan.
"Tahap emas tingkat 1, Kelas Garuda"
Jendela status menghilang, terganti dengan sebuah lencana berbentuk kepala garuda emas. Lencana itu meresap ke punggung tangan sang penyentuh bola dan menjadi sebuah tato.
"Wah dia benar-benar hebat" gumamku.
"Tidak heran, dia anak pertama dari keluarga ternama kerajaan." balas seorang murid berbadan besar disampingku.
"Tahap perunggu tingkat 1, Kelas Sphinx" kata guru kepada murid yang terlihat seperti kutu buku.
"Eh?! Kelas Sphinx? Bukankah itu terlalu rendah untuknya? Dia seharusnya bisa berada di tahap yang lebih tinggi" kataku dengan nada pelan. Entah bagaimana aku bisa tahu, tapi aku merasakan sesuatu yang hebat dari murid itu. Murid itu melihatku dan tersenyum singkat sebelum menghilang ke arah kelas.
"Atas dasar apa kau bilang dia di tahap lebih tinggi?" bilang murid besar itu lagi, sekarang sambil makan.
"Kau masih makan? Ini sudah saatnya pengujian" tanyaku padanya
"Aku belum sarapan, kau dapat kelas apa?" tanya nya.
"A-aku rasa kelas Sphinx, ayahku berkata bahwa aku masih berada di tahap perunggu tingkat 1. Kau sendiri?" jawabku gemetaran.
"Mengapa kau menyembunyikan aura-mu sehingga harus masuk kelas Sphinx? Tenang saja aku tidak akan bilang ke orang lain. Omong-omong siapa namamu?" tanya murid itu kepadaku
"Aku tidak tau maksudmu. Aku Kiki. Dan kau?" jawabku ketakutan, bagaimana dia tahu aku punya aura?
"Aku Rafi. Senang berkenalan denganmu" jawabnya.
"Ka-Kau memiliki badan yang besar. Kukira kau adalah murid berandal" kataku padanya
"Enak saja. Aku ini 'lembut', tahu! Mana mungkin orang yang 'lembut' seperti ini menjadi berandal" katanya.
"Selanjutnya!" instruktur teriak.
"Aku duluan" kata Rafi.
Orang pertama yang kukenal di Akademi agak menyeramkan. Terlalu sibuk menenangkan diri, aku tidak mendengar penempatan kelasnya.
"Selanjutnya!"
Ini dia. Saatnya giliranku. Aku maju ke arena dan mengarahkan tanganku ke batu spiritual. Aku melihat atributku, cukup tinggi, walau aku hanya level 1, semua berkat latihan dengan ayah.
"Tahap perunggu tingkat 1, kelas Sphinx. Selanjutnya!"
Aku turun dengan gembira, kulihat ada cap kepala sphinx di tanganku, bukti sebagai murid akademi.
Aku pergi ke ruang kelas, lumayan dekat demi memudahkan murid baru. Kulihat plat kelasku, Sphinx-1, nah, akan seperti apakah teman-temanku di sini?