Bukan sesuatu yang baru bagi Aldi mendapati Fadil sedang mencermati interaksi seorang putri dan seorang ayah yang selalu terlihat damai dan hangat itu.
Entah suatu kebetulan atau memang sudah menjadi takdir Aldi untuk memergoki Fadil terdiam dengan melihat kearah mereka tetapi kenyataannya memang seperti itu.
Aldi selalu melihat itu dalam banyak kesempatan.
"Ada apa?" tanya Aldi yang sudah berdiri disamping Fadil dan seperti biasa Fadil selalu terlihat sedikit terlonjak kaget serta buru-buru memalingkan wajah kepada Aldi.
Sebenarnya itu pertanyaan yang sedikit aneh untuk keluar dari mulut Aldi dan sepertinya pertanyaan yang tiba-tiba saja keluar dari mulut Aldi.
Pertanyaan aneh yang sudah terlanjur terucap dan kini Aldi hanya menunggu jawaban dari Fadil. Semoga ipar laki-lakinya itu bisa memahami pertanyaan aneh tersebut yang Aldi sendiri pun sedikit bingung.
"Sudah lama Naura tidak berada di rumah ini, perempuan kesayangan itu selalu bisa menghangatkan suasana dan aku berterima kasih ketika kamu selalu menemaninya untuk berkunjung kesini," sahut Fadil tersenyum ramah kepada Aldi.
Aldi menghela napas.
Jujur saja, Aldi selalu memamerkan senyum palsu ketika menanggapi ucapan Fadil. Selalu ada sesuatu yang menahannya ketika ingin bertanya sesuatu yang selalu menganjal dibenaknya.
Mempertimbangkan dan hasilnya selalu saja memendamnya, berkedok agar suasana tidak canggung dan Aldi tidak ingin terlalu ikut campur urusan orang lain meski sebenarnya Fadil sudah menjadi bagain keluarganya.
Laki-laki yang kini sedang berdiri disampingnya itu terlihat seperti laki-laki berhati baik dan terlihat selalu tenang dan juga mempunyai sifat peyanyang dan juga sabar. Pembawaan yang juga santai serta diiringi sifat kalem sangat berbeda dari Aldi.
Penilaian yang berdasarkan dirinya sendiri, Naura memang dikelilingi oleh orang-orang baik yang sangat menyayanginya dengan penuh.
"Maaf mas Fadil tidak bisa membawa Naura sesering dulu."
"Kamu bisa membawanya kesini sudah menjadi hal yang sangat luar biasa, Naura sepenuhnya menjadi milikmu sekarang. Naura menyerahkan seluruh hidupnya kepadamu, jaga dia, jaga Naura semampuh yang kamu bisa. Wanita kesayangan keluarganya itu selalu bisa menutupi kesakitannya."
Aldi diam sama sekali tidak menjeda perkataan Fadil. Aldi bisa melihat kasih sayang yang sangat luar biasa besar dari sorot kedua mata milik Fadil ketika menatap Naura dari jarak jauh.
Kakak laki-laki yang memang menjaga Naura dulu sebelum Naura bersama Aldi sekarang.
Aldi mengangguk ketika Fadil kembali menatapnya dan mulutnya juga belum mau terbuka ketika sebelah tangan Fadil menepuk pelan pundaknya lalu melangkah pergi dari tempatnya berdiri.
Meninggalkan Aldi dengan pertanyaan yang sama dibenaknya dan entah kapan akan mendapat jawaban dari orangnya langsung.
Kedua sudut bibir Aldi tertarik memunculkan sebuah senyum samar dengan kedua bola mata berbinar ketika melihat interaksi hangat itu.
'Kamu memang sangat beruntung Naura dan aku sangat beruntung bisa memiliki wanita baik sepertimu. Jangan pernah tinggalkan aku ketika apa yang aku takutkan terjadi. Berjanjilah untuk selalu ada disampingku.'
***
Benar saja, setelah mendapatkan promosi dari klien VIP itu kini ada beberapa orang penting dalam negeri yang memasan gaun di butik Fila.
Kekuatan promosi dari orang yang sangat berpengaruh itu begitu kuat dan juga sangat menguntungkan. Klien sangat puas karena gaun yang dibuat begitu nyaman dan sangat cocok dihati mereka sedangkan Fila mendapat keuntungan yang sangat luar biasa.
Hubunguan simbiolismutualisme memang begitu menyenangkan.
Wanita cantik itu sedang bersama salah klien yang baru pertama kali menginjakkan kaki dibutik ini dan juga langsung memasan gaun untuk dikenakan saat acara peresmian suatu gedung baru yang akan dibuka beberapa bulan kedepan.
"Kalau menurut saja gambar ini sangat cocok dan juga pemilihan warna sangat indah tapi saya akan memeberikan beberapa gambar agar anda bisa menemukan bentuk gaun dan juga warna yang anda inginkan," ucap Fila memperlihatkan beberapa gambar yang belum tersentuh dari klien sebelumnya yang otomatis belum pernah merancang gaun dengan model yang sama juga.
Fila sibuk mengecek beberapa gaun di laptopnya untuk memadukan agar mendapat bentuk gaun yang diinginkan.
"Sebenarnya semua contoh gaun yang anda perlihatkan sangat bagus-bagus hanya saja saya belum terlalu tertarik. Coba anda carikan beberapa gambar serta warna yang cocok untuk tubuh saja." Sang klien itu kini berdiri untuk memperlihatkan lekukan tubuh yang indah itu.
Sebenarnya juga semua gaun akan terlihat indah jika wanita itu memakainya.
Fila melihat sekilas, mengangukkan kepala lalu kembali mempertimbangkan bentuk gaun yang nantinya mendapat persetujuan dari sang klaein.
***
"Apa yang sedang kamu pikirkan?"
Lamunan seorang laki-laki seketika buyar ketika mendengar pertanyaan yang muncul tiba-tiba dengan disertai sebuah tangan yang menepuk pundaknya dengan pelan.
Laki-laki itu membalikkan tubuhnya dan melihat wanita dengan guratan raut wajah tegas tetapi juga begitu santai sedang berdiri menatapnya.
Laki-laki itu menggeleng.
"Tidak ada."
Wanita yang sudah memasuki umur berkepala empat itu hanya tersenyum tipis dan melangkah lebih maju untuk menyamakan posisi dengan laki-laki yang ditanyakan tadi.
Bersama-sama menatap langit malam kota tetangga yang begitu indah dengan hamparan bintang dan juga bulan yang menghiasi langit malam hari ini.
Semilir angina membawa terbang anak rambut sang wanita dan mengharuskannya untuk beberapa kali membawa anak rambut itu kebelakang telinga.
"Akan berapa lama lagi kamu akan memendamnya? Bukankan lebih enak jika membuangnya. Apakah kamu masih punya banyak energi untuk memendamnya sendiri dan terus-menerus seperti ini. Dunia akan terus berjalan, waktu tidak akan pernah berhenti untuk memberikan perhatian lebih kepada satu orang. Jika kamu terus memenuhi kehidupanmu dengan sesuatu yang menyakitkan itu akan sangat menyakitkan," ucap wanita itu tanpa melihat kearah laki-laki yang lebih tinggi darinya.
Laki-laki yang sangat dicintainya di dalam kehidupan yang wanita itu miliki.
"Tidak ada yang sia-sia, semua mempunyai tempat dan porsinya masing-masing," sahut laki-laki yang selalu saja bicara dengan intonasi yang enak didengar.
Sama sekali tidak terselip intonasi kecewa dan sebagainya tetapi bukankan yang seperti itu justru terdengar sangat mengerikan.
Orang yang memang sudah tahu semuanya harus melihat orang yang jatuh sejatuh jatuhnya selalu terlihat baik-baik saja.
"Tempat dan porsi itu cukup sampai hari ini dan jika kamu terus memendamnya dalam dirimu semua tidak akan baik-baik saja."
Laki-laki itu menghela napas dan barulah wanita yang sudah memasuki umur berkelapa empat itu menatap laki-laki yang sangat dicintainya itu.
"Kadang memang apa yang kita harapkan belum tentu yang akan menjadi kenyataan didalam kehidupan kita dan itu akan terasa sangat menyakitkan. Terasa dunia hancur didepan mata, apa yang telah terjadi memang menjadi sebuah pelajaran yang sangat berharga akan tetapi tidak benar rasanya jika ingin memulai kehidupan yang baru tetapi di dalam diri sendiri masih sangat mengharapkan seseorang yang sama."
Wanita itu menutup rapat mulutnya dan hanya menatap laki-laki itu dengan diam.
"Aku sangat mencintainya Ma, belum pantas rasanya jika aku melupakannya."
"Sampai kapan Roy, kamu memendamnya?"
Barulah laki-laki yang bernama Roy itu menatap ibunya, wanita yang begitu dicintai dan dijaga dalam hidupnya.
Roy tersenyum, "Tidak sekarang."