Aaron dan Alice melangkah terus. Mereka mendekat pada Liam yang kini beringsut untuk bisa duduk meski hanya di atas tempat tidur saja.
"Ada apa? Kenapa kamu ke sini, Aaron? Belum puas kamu? Ayo, pukul aku lagi! Habisi saja aku!"
Alice menyayangkan sikap sang suami. Jadi, ia harus bertindak. Ya, menjadi penengah. Jangan sampai terjadi lagi pertarungan yang membahayakan seperti kemarin!
"Eh, Liam, jangan begitu! Sebaiknya kita damai."
"Benar apa yang dikatakan Alice itu. Sebaiknya kita saling mengakhiri momen pertemuan diam-diam dengan orang lain selain pasangan kita sendiri."
"Bagaimana aku bisa melupakan itu? Kamu memukulku, tapi aku pasrah karena ada Savita. Sementara kamu sendiri tidak sadar bahwa diam-diam kami bertemu dengan istriku."
Liam mengejek. Ini terlihat jelas di wajahnya. Ya, gestur itu. Bukan hanya Aaron yang melihat, Alice juga.
Alice merendahkan pandangan. Ia malu karena merasa disindir suami sendiri.