Savita mengangguk-angguk. Matanya berkaca-kaca.
"Begitu, ya? Ah, fakta baru. Entah apa lagi yang kamu sembunyikan."
Aaron mengepalkan tangan. Ia emosi betul karena sang istri tidak kunjung mengerti.
"Oke. Aku akui salah, karena tidak mengungkapnya padamu. Kenapa? Karena aku tahu akan seperti ini jadinya. Kamu cemburu hanya karena persepsi."
Savita mengejek pernyataan Aaron.
"Sudahlah. Jangan katakan itu! Aku sama sekali tidak percaya."
"Tolong, Savita! Apa lagi yang harus kukatakan? Itu sudah semuanya. Itu juga kebenaran."
Savita tidak menjawab. Ia begini karena pandangannya menangkap benda baru yang menjadi penghuni kamar pribadi CEO. Itu adalah paper bag yang berisi hadiah dari Alice.
Aaron tahu sikap Savita. Ia bahkan mengikuti pergerakannya. Ia auto khawatir karena pasti Savita akan mempermasalahkannya.
Savita bangkit dari atas tempat tidur. Ia berjalan perlahan, tanpa memakai kursi roda. Ini jelas membuat Aaron terkejut sekaligus khawatir.
"Savita! Kursi rodanya."