Liam terdiam. Ia benar-benar tidak punya jawaban, karena sebelumnya tidak terpikirkan soal Alice yang akan menginterogasi.
"Aku ...."
"Aku apa?"
"Emhh ...."
"Jangan-jangan benar, ya? Kamu sudah melakukan yang tidak-tidak?"
Alice makin mendekati wajahnya. Ini amat menakutkan bagi Liam. Istrinya itu sungguh seperti monster mematikan.
"Tidak ... tidak. Aku ini hanya lelah karena pekerjaan. Hari pertama masuk. Jadi, banyak file yang perlu dicek juga ditandatangani. Karyawan ada masalah, dan pembeli membludak."
Alice kembali lagi pada tempat duduknya. Sesaat ketegangan Liam berkurang.
"Tinggal katakan itu saja susahnya minta ampun."
Alice makan lagi. Emosinya mereda, tapi ia masih kecewa karena Liam menolak malam spesial itu.
"Aku takut kamu marah."
"Ya kalau soal pekerjaan, aku pasti bisa memahaminya."
"Hmm, buktinya barusan saja emosi."
Liam menatap dengan sorotan khusus pada sang istri. Jelas saja Alice merasa tersindir.
