Karyawati itu langsung masuk. Bahkan sebelum ia dipersilakan. Sudah pasti Liam kesal karena ini.
"Tahu aturan? Kenapa tidak ketuk pintu lebih dulu?"
Karyawati justru tersenyum. Ia menunjukkan obsesinya pada sang CEO. Ia mendekat dan melingkarkan tangannya.
"Kenapa marah, Pak? Biasanya juga tidak."
Liam melepas tangan yang melingkar. itu amat mengganggunya.
"Saya ini sudah menikah. Tolong jaga jarak!"
Karyawati hanya bisa tersenyum. Sungguh, ia penuh aura jahat.
"Jadi, apa itu masalah? Hubungan kita tentu tidak akan terpengaruh apapun, Pak."
"Tolong, pergi!"
Karyawati makin agresif. Ia berani menutup laptop dan menyingkirkan file-file yang ada di hadapan Liam.
Liam menghembuskan napas berat. Ia akan marah, tapi Karyawati dengan cepat berada di pangkuan atasannya.
Karyawati melakukan 'serangan' pada Liam. Sebagai laki-laki normal, Liam tentu tidak menolak sensasi yang disuguhkan.
"Tidak! Hentikan! Cukup sampai sini, sampai kecupan di leher saja."
