"Bagaimana perjalanannya?"
Alice bersikap lebih santai.
"Lancar, Ma. Sedikit melelahkan juga."
Liam mengangguk. Ia mengiyakan.
"Benar, Tante, tapi semua itu terbalas dengan rasa senang, karena kami sudah bertemu dengan keluarga di sini."
"Ya. Liam tepat sekali perkataannya."
"Kami juga senang kedatangan kalian."
Papa mengiyakan perkataan Mama. Ia hendak bicara juga.
"Jadi, kapan rencananya?"
Alice menepuk paha Liam. Ia meminta kekasihnya untuk bicara.
"Segera setelah pulang dari sini, Om."
"Baiklah. Kami siap datang kapanpun itu."
"Terima kasih atas dukungannya. Terima kasih juga karena sudah menerima Liam sebagai calon menantu."
"Ya, Liam. Kami setuju-setuju saja. Yang penting anak satu-satunya kami bahagia."
Mama mengangguk.
"Benar kata Papa Alice itu. Jadi, kami percayakan Alice padamu, ya, Liam."
Liam mengangguk mantap. Terlihat sekali keseriusannya dan rasa penuh tanggung jawab.
"Ya, Tante. Liam siap."
"Bagus!"
Papa Alice hendak bicara lagi.