Mama tiba-tiba teringat sesuatu. Ia merasa khawatir.
"Kamu tidak apa-apa, Savita? Maksud Mama, dia tidak berbuat kasar padamu, bukan?"
Aaron merendahkan pandangan. Ia menyiapkan hati kalau saja Savita bicara yang sebenarnya. Istrinya ini sempat melirik dirinya.
"Tidak, Ma. Dia baik sekali. Gayanya saja yang terkesan keras."
Aaron bernapas lega, tapi tidak kentara. Tidak ia sangka ternyata sang istri sangat baik. Padahal ia sudah berlaku jahat.
"Baguslah. Mama khawatir. Sungguh."
Aaron berniat untuk bicara sekarang.
"Maaf, ya, Ma. Aaron tahu cara penyelesaiannya salah, tapi ternyata ini berhasil."
"Ya ... sudahlah. Lagipula sekarang keadaannya sudah baik-baik saja."
Nenek muncul. Ia sama seperti Mama dan Bibi, terkejut bercampur senang.
"Savita!"
Savita merasa senang. Ia antusias juga. Jadi, dirinya menghambur pada sang Nenek.
"Kamu baik-baik saja, Nak?"
"Ya, Nek."
"Syukurlah."
Pelukan dihentikan. Nenek dan Savita duduk di sofa.