Aarav tersenyum. Ia bahkan nyaris tertawa.
"Kenapa? Sepertinya ingin sekali agar aku cepat sampai di sini."
"Ya karena Alaku tidak ada temannya. Tidak enak saja kalau sendiri dalam waktu berlama-lama."
"Maaf, tapi Aaron ...."
Aarav menunjukkan ekspresi penuh tanda tanya. Sementara Zee menampakkan rasa malasnya.
"Dia sibuk. Kamu tahu? Ini bahkan bukan karena persiapan pernikahan. Dia sibuk dengan pekerjaan di hotel."
"Ya, pasti Aaron punya waktu kosong. Jadi, kamu bisa manfaatkan ini untuk berduaan dengannya."
Zee kembali lunglai.
"Kamu pikir aku bisa? Kalau bisa, itupun hanya sebentar. Kami tidak punya waktu sebanyak yang orang-orang pikirkan. Bahkan aku lebih sering diusir oleh Aaron."
Aarav tertawa. Zee lantas heran sekaligus kesal. Ya, dirinya tidak pantas ditertawakan, bukan?
"Hei! Kenapa tertawa? Apanya yang lucu? Ini menyedihkan."
"Kamu pikir kamu saja yang mengalami? Aku juga. Entah berapa kali aku diusir Savita."