Aarav mengernyitkan dahi.
"Yang mana? Maksudku, apa yang kurang?"
"Ee, aku mau ada tambahan manik-manik, tapi tidak norak. Bisa?"
Aarav tersenyum lega. Ternyata kritik Zee bukan tentang hal lain yang mampu menimbulkan kepanikan.
"Bisa. Tentu bisa, tapi aku perlu waktu untuk itu. Ya ... beberapa hari. Bagaimana?"
"Oke. Tidak masalah. Lagipula pernikahanku dan Aaron masih agak lama. Tidak dalam waktu dekat ini."
"Baiklah kalau begitu. Yang ini, ya, kainnya?"
"Ya. Yang ini saja. Oh, ya, antar juga ke rumahku, ya!"
"Siap. Alamatnya?"
"Ee, boleh tulis nomormu di sini? Nanti kuhubungi dan kuberitahukan alamat rumahku."
"Oke."
Aarav menerima smartphone Zee yang disodorkan. Ia lalu mengetik beberapa angka di Sana.
Begitu selesai, Aarav menyerahkan lagi pada Zee. Si pemilik menerima dengan baik lalu mengeceknya.
"Baiklah. Terima kasih."
"Ah. Harusnya aku yang ucapkan itu. Apalagi soal kerja sama ini."