Aarav tahu betul dan sempat memperhatikan Savita selama beberapa detik. Alhasil ia berdeham.
"Kalau mau mundur dari rencana pernikahan ini, lebih baik katakan saja sekarang juga! Aku akan menghargainya. Daripada nanti kamu baru katakan di detik-detik sebelum mengitari api suci."
Savita sadar akan ekspresi dan sikapnya sekarang. Ia lantas mengubahnya menjadi normal, tidak senyum juga tidak ketus.
Sementara itu, Fotografer sedang menyiapkan kamera. Ia juga berkoordinasi dengan staf lain yang mengurus lighting.
Pun begitu dengan Mama Savita, stylist, dan make up artist. Mereka sibuk mengobrol entah tentang apa itu. Jadi, tidak ada yang menaruh perhatian pada interaksi antara Aarav juga Savita.
"Tidak, Aarav. Kita akan tetap jalankan sesuai rencana. Aku ini hanya kesal karena Mama mengajak untuk melakukan pemotretan ini dengan segera dan tiba-tiba. Ya, karena itu."
"Sungguh?"
"Ya. Bisa jangan ulangi itu dan pertanyaan sejenis?"
"Baiklah. Maaf karena sudah membuatmu tidak nyaman."