Savita terus mengemudi. Aarav terus mengikuti. Akhirnya mobil Savita berhenti di pinggir jalan setelah beberapa saat. Ada taman di sisi kanannya.
Savita keluar. Ia duduk di bangku taman dan menumpahkan perasaannya di sana.
Aarav sendiri tidak keluar. Ia memantau Savita dari dalam mobilnya sendiri. Ia pikir Savita butuh waktu untuk menenangkan diri. Jadi, ia baru akan menyusul saat waktunya tiba, sudah dirasa tepat.
"Savita ... kasihan sekali kamu," batin Aarav yang bisa ikut merasakan kesedihan perempuan itu.
Savita sempat menutup wajahnya. Di dalam kedua tangan, ia sudah bisa dipastikan sedang menangis keras.
Beberapa saat kemudian, Savita akhirnya mulai menghentikan tangis. Ia tampak mulai tenang.
Setelah itu, pikiran Savita seolah penuh dan tengah memikirkan sesuatu dengan berat. Aarav rasa, inilah saat yang tepat untuk menyusul ke sana.
Aarav keluar dari dalam mobilnya. Ia melangkah mendekat pada Savita.