Sementara itu Savita sendiri sudah berhadapan dengan Aaron. Tidak seperti biasanya, laki-laki itu tampak sekali bersikap dingin padanya.
Entahlah, Savita canggung berhadapan dengan Aaron sekarang. Tidak sedikitpun terlintas dalam benaknya untuk bicara lebih dulu pada pimpinan Golden Hotel itu, sampai akhirnya ....
Aaron berdeham. Ia siap untuk bicara, begitupun dengan Savita yang siap untuk mendengarkan.
"Duduk!"
Nada bicara Aaron berat dan sarat akan emosi. Savita jadi sedikit gentar, tapi ia menurut juga, duduk di kursi yang tersedia.
"Dari mana?"
"Meeting. Bersama client sekaligus makan siang tadi."
Aaron mengangguk-angguk.
"Bukan bersama laki-laki lain juga?"
Savita heran.
"Hah?"
Aaron menutup matanya sekejap, menahan emosi yang ada.
"Jangan menutupinya dariku, Savita!"
"Apa? Apa yang kututupi? Laki-laki lain siapa? Aarav maksudmu?"
"Oh. Jadi, namanya Aarav?"