Zee duduk. Ia ingin menikmati drama ini. Karena itu kaki kanannya ditumpuk di kaki yang lain. Dari tadi Zee juga tersenyum terus, penuh aura jahat.
Aaron kesal. Tampaknya Savita mereject telepon darinya.
Kembali, Aaron mengulang proses. Sekali lagi ia tidak dapat sambutan baik. Ya, sayangnya begitu.
"Kenapa? Tidak diangkat, ya? Dia sedang pergi, Aaron, bersama laki-laki itu."
Aaron marah pada Zee. Ia tampakkan ini melalui gesturnya.
"Jangan marah! Itu fakta! Tanyakan saja sendiri! Telepon kantor atau hubungi sekretarisnya!"
Sekali lagi Aaron mengikuti saran Zee. Entah kenapa ia sudah terpengaruh oleh perempuan itu. Kemarahan juga mengitarinya.
Smartphone dioperasikan. Sekarang Aaron menghubungi nomor yang berbeda. Tidak seperti Savita, yang ini responsif.
"Halo, Pak Aaron!"
"Ya. Mau tanya, Savita ada?"
"Sayang sekali tidak, Pak. Nona sedang meeting di luar."
"Oh. Pantas saya telepon tidak dijawab. Oh, ya, bersama siapa? Laki-laki?"
"Laki-laki? Oh, Pak Aarav? Ya."