Savita yang tengah bersama Bibi itu lantas disenggol lengannya. Ia dibangkitkan dari rasa santai bercampur malasnya.
"Apa, Bi?"
"Sana, ke depan! Jangan buat mamamu menunggu atau marah padamu!"
"Ah, tidak, Bi. Savita sudah malas. Sungguh."
"Kenapa? Dibuntuti Aarav seharian, ya?"
"Hmm, ya."
Bibi menunjukkan semangat tinggi untuk memotong sayuran kali ini. Mungkin ia merasa tenaganya sudah melambat.
"Sebenarnya Bibi juga tidak suka dengan ide mamamu untuk mendekatkan kamu dengan Aarav. Tapi ya ... Bibi tidak bisa intervensi berlebihan."
"Savita tahu, Bi. Tidak apa-apa. Yang penting Savita senang karena masih ada yang mendukung."
Bibi dan Savita saling pandang dan lempar senyum sesaat. Bibi lalu menggosok lengan Savita. Ini caranya menunjukkan dukungan.
"Jadi, bagaimana soal Aaron? Kamu tidak mau ke rumah sakit lagi?"
"Entahlah, Bi. Ada pergolakan batin. Mungkin Savita pikir akan lebih baik untuk mengambil jarak sebentar dari hubungan bersama Aaron."