Savita menunjukkan kepedihan mendalam. Sakit betul hatinya menerima kekerasan psikis seperti itu.
"Tolong, Tante. Kasihan Aaron."
Papa Aaron merasa dirinya harus melakukan sesuatu. Ya, harus.
"Ago, Ma! Kita makan siang dulu."
Tangan Mama Aaron dipegang erat oleh suaminya. Erat sekali sampai itu susah dihempas.
"Pa! Lepas!"
"Tidak. Ayo!"
Mama Aaron diseret suaminya. Menyaksikan ini, Savita tidak kuasa menahan air matanya untuk jatuh lebih deras lagi.
Pintu ruang rawat VIP akhirnya tertutup. Aaron dan Savita tinggal berdua saja di dalam sekarang.
Ingin rasa hati untuk mengusap air mata yang membasahi wajah cantik Savita. Sayang, Aaron tidak mampu. Ia lemah sekarang.
"Savita, hentikan tangisan itu! Kemari!"
Savita yang diam di tempat itu akhirnya mengusap kasar air mata. Ia lalu mendekat pada Aaron, memenuhi permintaan kekasihnya.
Savita sesaat memandangi kondisi Aaron yang tampak mengenaskan. Ia akhirnya menghambur pada Aaron.
"Arghh!"