Savita geleng-geleng kepala. Ia menolak anggapan buruk Mama Aaron itu.
Lagi, sang suami harus menenangkan istrinya itu. Sayang, tindakan ini tidak mendapat respon yang baik.
"Tidak, Tante. Savita tidak seperti itu. Tante hanya salah menilai."
Mama Aaron menunjukkan ekspresi meremehkan omongan kekasih anaknya itu.
"Anak kemarin tahu apa?"
Papa Aaron semakin memberi penekanan pada pegangannya di lengan sang istri.
"Diam, Pa! Jangan ikut campur!"
Pegangan pada lengan Mama Aaron dilepas paksa. Tangan suaminya itu dihempas. Pun, pandangan dengan sorot mata menyala-nyala tidak pernah sedikitpun lepas untuk Savita.
"Pergi sana! Jangan tampakkan lagi wajahmu di sini! Apalagi sampai mendekat pada anak saya."
Papa Aaron harus mengambil sebuah keputusan berat. Ia menghembuskan napas berat lebih dulu sebelum melakukannya.
"Maaf, Savita, tapi sebaiknya kamu pergi dulu dari sini. Nanti,
"Pa!"