Savita mengangguk mantap. Ia menyanggupi permintaan Suster. Iapun segera ikut dengan perempuan muda yang tampak melakukan pekerjaannya dengan profesional.
Sementara itu Nenek, Mama, dan Bibi menunggu di kursi yang tersedia depan UGD. Mereka semua nampak cemas meski tidak melebihi dari apa yang Savita rasa.
Cukup lama menunggu, Aaron belum keluar juga. Bahkan saat Savita sudah kembali dari mengurus proses administrasi.
"Bagaimana? Ada perkembangan terbaru?"
Mama menggeleng.
"Belum. Sabar dan duduk saja sini!"
Mama menepuk-nepuk kursi kosong yang tersedia di sampingnya. Savitapun menuruti saran sang Mama.
"Savita harap Aaron baik-baik saja."
Bibi memegang tangan Savita.
"Pasti, Savita."
"Tenang, ya! Kita tunggu dan berdoa."
Semua orang harap-harap cemas. Sementara itu kabar tentang kecelakaan Aaron sampai juga ke telinga keluarga yang ada di Singapura.
Smartphone Papa Aaron berdering. Ia segera mengangkatnya.
"Halo?"