Papa Savita dan Paman terdiam. Mereka sama sekali tidak menyangka bahwa hal besar sudah terjadi di hidup Savita.
"Savita ... Nak," ratap Papa Savita.
Paman hanya bisa menepuk-nepuk pundak Papa Savita, menenangkannya. Papa Savita akhirnya tidak sanggup membendung tangisnya.
Pemandangan ini menggugah rasa kasihan dalam diri Aaron. Tidak sanggup rasanya ia menyaksikan Papa Savita amat bersedih seperti itu.
Aaron menyesal karena tidak mampu melindungi Savita. Ia sudah terlambat. Ini yang harus dihadapinya sekarang.
"Maaf, Paman. Seharusnya ini tidak terjadi."
Aaron menunduk. Ia merendahkan pandangan. Ini karena dirinya tidak sanggup menghadapi Papa Savita dan Paman.
"Sudahlah, Nak. Mungkin ini sudah takdir. Yang salah itu Liam, bukan kamu. Juga, kamu tentu sudah melakukan semua sebaik mungkin."
"Maaf."
Paman menepuk-nepuk pundak Aaron sekarang. Sungguh, laki-laki yang merupakan pimpinan tertinggi hotel mewah itu juga butuh dukungan.