Brukk!
Savita pingsan seketika. Jerit dan tangisan sudah tidak terdengar lagi.
Liam panik. Tidak ia sangka bahwa dirinya sudah kelewatan.
Segera Savita dihampiri. Liam membalikkan tubuh Savita hingga telentang menghadap dirinya.
Hanya tampak lebam dan sedikit darah di dahi Savita. Tidak ada luka menganga. Ah, sepertinya ini tidak parah.
Liam mencoba membangunkan Savita dari pingsannya. Beberapa kali untuk beberapa saat lamanya tubuh Savita diguncangkan.
"Bangun, Savita! Jangan membuatku panik dan khawatir!"
Lama, Savita tidak kunjung sadar juga. Liam makin panik dan frustrasi jadinya. Ya, ia sudah menjambak rambutnya sendiri.
"Sial!"
Liam yang hanya bermaksud menakuti Savita dan mengacaukan pikirannya ternyata sudah bersikap keterlaluan. Ditambah lagi ia tiba-tiba melibatkan nafsu di sana.
Liam putuskan untuk pergi. Ia meninggalkan Savita.
Liam berlalu dari kamar 715 dengan tenang. Ya, ia tidak mau mendapat tatapan curiga dari orang-orang.