"Savita, tolong, jangan bercanda!"
Savita mulai menunjukkan wajah paniknya.
"Siapa? Kamu siapa?"
"Apanya siapa? Aku Aaron, Savita, kekasihmu."
Savita bangkit. Ia beringsut ke belakang sambil memegangi kepalanya yang terasa pusing.
"Aku tidak ingat apapun. Arghh!"
Savita mulai berontak. Sementara itu Aaron tidak mampu menangani keterkejutannya sendiri. Ya, ia shock.
"Siapa aku? Siapa?"
Aaron mundur. Kakinya seolah tidak mampu berdiri menahan berat badan sendiri.
Tidak lama berselang, Dokter dan Suster datang. Mereka cukup cekatan menahan Savita agar tidak berontak. Pasalnya darah sudah naik dan hampir mencapai infus khusus cairan.
Dokter menghampiri Aaron yang pikirannya seolah masih kosong itu. Ia lalu menepuk pundaknya.
"Pak!"
"Eh, ya?"
"Bisa jelaskan? Apa yang pasien alami?"
"Savita tidak bisa mengingat, Dok. Dia jadi histeris. Apa mungkin di hilang ingatan? Tolong periksa, Dok!"
"Baik."