Savita otomatis melihat sekeliling. Ia mengedarkan pandangnya ke arah mana saja yang dilewatkan.
Savita agak sedikit terkejut begitu tahu ada sesuatu di bawah kakinya. Itu kertas dan pastinya sudah bisa ditebak sebagai surat. Peletakannya juga mungkin bersama dengan ketukan pintu tadi.
Savita segera mengambil dan membaca isinya dalam hati. Itu tentang ajakan untuk bertemu di pintu darurat, karena ada suatu hal penting yang hendak dibicarakan.
"Hmm, pasti Aaron. Oke."
Savita masuk. Ia menutup pintu.
Siapa sangka, dari tempat yang tersembunyi, tapi tidak jauh dari sana, ada seseorang yang tertawa jahat. Ia senang karena langkah pertamanya berhasil. Ya, itu Alice.
***
Pagi-pagi sekali, sekitar hampir mendekati pukul 6, Savita bangun. Ia melakukan sendikit persiapan, mencuci wajah dan memoleskan make up tipis agar terlihat segar. Tetap, ia masih memakai pakaian yang dipakai sejak semalam.
