Savita mengambil apa yang Aaron mau. Sementara itu Alice langsung mengambil setumpuk roti cokelat keju juga secangkir teh.
"Ini, Aaron."
"Terima kasih."
Savita tersenyum. Ia membalas senyuman Aaron barusan.
"Sama-sama."
Alice menggigit rotinya. Ekspresinya aneh di awal, seperti ia takut mencicipinya. Namun, lama kelamaan ia mulai meningkatkan gigitan.
"Hmm, lumayan. Makan, Tante! Ini tidak ada racunnya."
Mama Aaron hanya tersenyum sinis. Ia tetap fokus pada pekerjaannya.
Aaron melihat ekspresi Savita. Entah ini sudah kali ke berapa ia lihat wajah sedih kekasihnya. Sungguh, ia tidak bisa manahan emosi rasanya.
"Lebih baik kamu tidak usah sarapan, Alice. Kembali saja ke kamarmu sana!"
"Eh, jangan marah! Sarapan ini undangan Savita lho. Ya, bukan?"
Savita mengangguk. Melihat ini Aaron hanya bisa geleng-geleng kepala. Serius, Savita terlalu baik atau bodoh?