Savita langsung menimbrung. Ia melepaskan tali tas yang terselempang di pundak.
Bibi menawari Savita kacang polong. Savita menolak dengan body language. Ini termasuk cara menolak yang sangat halus.
Mama tampak senang. Ia cukup menikmati alunan musik. Terbukti, Mama bergoyang meski ia sedang duduk.
"Ma ...."
"Hmm. Apa, Savita?"
Mama terus bergoyang mengikuti alunan lagu. Bibi juga matanya tidak berhenti menatap ke arah layar TV.
"Apa ada rencana masak yang enak untuk makan malam nanti?"
"Tentu saja. Kapanpun kita, Mama dan Bibi selalu masak makanan yang enak. Kenapa? Kamu bicara itu seperti kita akan kedatangan tamu saja."
"Eh, tentu saja, Ma."
Bibi dan Mama seketika menghentikan aktivitas mereka. Pandangan mereka tertuju pada Savita yang bersikap santai.
"Siapa, Savita?"
"Ya. Siapa? Apa kolegamu?"
Savita menggerak-gerakkan jari telunjuk ke kanan-kiri beberapa kali.
"Bukan."
"Temanmu?"
"Tidak. Salah."
"Lalu?"
"Aaron, Ma, Bi."