Liam mulai menjamah beberapa bagian tubuh bawahannya. Ia lalu mulai melepas pakaian sendiri, menyusul kemudian pakaian si bawahan.
Sofa jadi saksi permainan panas 2 insan. Terlihat sekali Liam bermain dengan membabi buta.
"Aww! Pelan-pelan, Pak!"
Liam seolah tidak peduli dengan keluhan bawahannya. Yang terpenting baginya kini bisa dapat kepuasan sendiri, sekaligus pelampiasan emosinya.
Liam terus bermain dengan brutal. Bawahan sampai seperti menjadi korban pemaksaan kehendak.
Total Liam sudah sudah main sebanyak lebih dari 2 ronde. Ini dilakukannya sejak sore hingga pagi. Gila!
Liam menjatuhkan diri di sofa. Ia istirahat. Terdengar napasnya masih terengah-engah.
Di sampingnya, ada bawahan yang sudah telentang tidak berdaya. Tubuhnya polos tanpa sehelai benangpun. Ia seperti bayi, tapi menjijikkan.
"Cuih!"