Savita yang sudah meneteskan air liur itu segera mengeksekusi apa yang ada di hadapan. Ia makan seperti orang yang kalap.
Aaron saja bahkan tidak dipedulikan. Meski begitu, Aaron tidak merasa kesal, ia justru senang melihat pemandangan yang baginya sangat menentramkan hati itu.
Di suapan ke sekian, Savita baru memperhatikan Aaron. Seketika senyuman Aaron yang hanya fokus pada Savita itu buyar.
"Aaron, kamu lihat saja. Ayo, makan juga! Itu ... masih ada beberapa."
"Tidak, Savita. Kamu saja. Bagiku itu terlalu asam."
"Oh, ya sudah."
Savita kembali memasukkan mangga muda ke dalam mulutnya. Saat mencecap dan mengunyah, ia tidak merasa asam sedikitpun.
Melihat isi dalam piring sudah tinggal sedikit, Aaron segera bersiap dengan sebuah mangga di tangannya. Ia bisa mengupas lagi untuk Savita.
"Eh, sudah, ya. Yang tadi itu sudah cukup. Simpan saja untuk besok atau beberapa hari ke depan!"
"Ah, baiklah."