"Aku tidak tahu bagaimana bisa berakhir begini," ujar Dara dengan datar, tanpa nada sama sekali.
Dia memainkan kaleng kosong minuman yang tergeletak di meja rendah di depannya. Dia tidak menghindar dari mata Nata karena dia sudah cukup lama menatapnya. Sudah saatnya dia berhenti. Tetapi mendadak dia tertarik untuk menatap manik mata itu lagi.
Bahkan meski gadis itu menyibukkan diri dengan permainan kalengnya yang membosankan itu, dia tidak berhasil mengalihkan pikiran. Dia tetap kepikiran mata Nata yang tadi sudah dengan puas dia tatap sejak tadi. Atau mungkin tepatnya, dia belum merasa puas.
Gadis itu masih ingin menatap mata sang tetangga lebih lama lagi. Dan dia—
"Dara."
Dan dia menoleh saat namanya dipanggil.
Nata sedang menatapnya dan mungkin sejak tadi memperhatikan dirinya sejak tadi. Dara tidak salah tingkah meski tahu kemungkinan besar hal itu memang terjadi. Dara hanya gugup, karena dia harus segera menolah ke arah lain demi menghindari mata Nata.