Dara merasakan cahaya matahari yang semakin kuat. Cahayanya semakin menyilaukan sampai dia harus menyipit untuk menatap ke arah atas, ke langit. Dia lalu menoleh ke sampingnya, menatap sosok yang duduk anggun memegang cangkir kopi yang sudah hampir habis.
"Bagaimana dengan toko? Mau dibuka siangan kah?" Dara bertanya penasaran. Sebab sekarang sudah matahari sudah mulai naik sementara mereka masih duduk santai di kafe yang semakin ramai itu.
Sela tidak menunjukkan tanda-tanda akan meninggalkan tempat duduknya sehingga Dara berpikir mungkin saja dia lupa kalau dia punya toko yang perlu diurus. Dara berpikir kalau dia harus mengingatkan sang bos kalau sekarang bukan saatnya untuk duduk manis dengan menikmati minuman sambil memandang ke luar jendela.
Bosnya itu menoleh pada Dara dan melempar senyum tipis. Lalu berujar tenang, "Kakakku sudah ada di sana. Ada pekerja paruh waktu baru juga. Kau bisa pulang saja kalau mau."