Dara tidak paham dengan apa yang Nata coba beritahukan padanya.
Bagi Dara, mau bahagia atau tidak, hidup tidak akan ada bedanya. Mau dia bisa tertawa dengan lepas atau hanya bisa tersenyum pura-pura—karena kebanyakan pekerjaannya mengharuskan dia untuk begitu, dia sering bekerja di kafe di mana dia harus mempertahankan senyum agar pelanggan tidak tersinggung—Dara tidak masalah melakukan itu semua.
Selama dia hidup, dia tidak pernah merasakan kebahagiaan yang sering digembor-gemborkan orang lain. Mungkin kebahagiaan sederhana saat dulu orang tuanya masih ada. Tetapi itu sudah terlalu lama, Dara sudah tidak terlalu ingat bagaimana rasanya.
Kenangan masa kecil, kehangatan dari orang tuanya, kebahagiaan dari kebersamaan mereka. Dara tidak ingat itu semua. Dia bahkan mulai ragu apakah saat kecil dulu dia merasakan itu atau hanya khayalannya saja.